Jumat, 23 Desember 2016

Budidaya tanaman pala dan pengolahan hasil panen




BUDIDAYA TANAMAN PALA

Pengadaan bahan tanaman untuk bibitPada dasarnya pengadaan tanaman pala dapat dilakukan dengan beberapa cara 
  • Perbanyakan dengan biji 
  • Perbanyakan dengan cangkokan 
  • Perbanyakan dengan okulasi 
  • Perbanyakan dengan sambungan / grafting 
Perbanyakan dengan biji 
Biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa syarat antara lain (1) harus berasal dari pohon induk terpilih, (2) Biji segar matang panen berwarna coklat muda dan tertutup penuh dengan seludang fuli yang berwarna merah, (3) biji yang kering berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap dengan bobot minimal 50 gram/biji, serta tidak terserang hama dan penyakit. Setelah pemetikan haruslah disemaikan dengan selambat-lambatnya ± 24 jam penyimpanan. Untuk mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi 12 sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan. 

Pengecambahan, perlu dilakukan sebab biji pala termasuk benih rekalsitran  \yang cepat menurun daya kecambahnya. Pengecambahan dapat dilakukan dengan beberapa cara sbb: 
  1. Sesaat setelah panen segera lakukan seleksi benih dengan memilih benih yang tua ditandai dengan tempurung menghkilat berwarna hitam kecoklatan, bebas dari hama dan penyakit, tidak keriput dengan fuli tebal dan biji besar 
  2. Sediakan serbuk gergaji yang sudah lapuk atau jerami campur humus, dalam kotak atau bedengan pengecambahan dengan lebar 0,50 – 1m.dan panjang sesuai kebutuhan. Siram dengan larutan gula 10 %, biarkan selalu lembab. Kemudian letakan benih pala secara berbaris benih yang baru diseleksi dengan jarak berdekatan (0,50x 1 cm atau 1 x 1 cm). 
  3. Selanjutnya tutup dengan karung goni atau daun rumbia atau kertas koran. Kelembaban harus selalu dijaga 
  4. Untuk mempercepat pengecambahan dapat diberi perlakuan pemecahan kulit/batok pangkal biji, sehingga retak atau belah atau mengelupas dengan tidak merusak daging bijinya. Dapat dilakukan pengikiran/hampelas batok pangkal biji sehingga tipis 
  5. Setelah biji berkecambah, kemudian dilakukan pesemaian pada polibeg yang telah disediakan (diisi dengan media campuran kompos/pupuk kandang dan tanah. 1:1) 
Pesemaian sangat diperlukan di dalam pengadaan bibit untuk perkebunan pala. Pembibitan ini merupakan langkah awal dari penentuan terlaksananya usaha perkebunan tanaman tersebut. Pesemaian dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengecambahkan biji dengan menggunakan kotak yang telah diisi pasir halus, serbuk sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah steril. Biji diatur sedemikian rupa dan bersentuhan dan bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah berumur 4 – 8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah, selanjutnya bisa dipindahkan ke polibag. 

Pesemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum buah dipetik. Pesemaian ini sekaligus berfungsi sebagai persemaian pemeliharaan, dan diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini perlu diatur yaitu 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm agar nanti pada saat pemindahan mudah diputar pada umur ±1 tahun dengan ketinggian ±1 meter. Pesemaian dapat juga dilakukan langsung pada polibag ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang 2 : 1, polibag diatur berjejer di bawah naungan dengan lebar 120 cm, sedangkan panjangnya tergantung situasi setempat. Dengan mempergunakan polibag akan mempermudah pemindahan bibit ke lapangan. 

Perbanyakan dengan cangkokan 
Pada dasarnya mencangkok tanaman pala sama dengan mencangkok tanaman lainnya. Pencangkokan tanaman adalah usaha perbanyakan tanaman dengan tidak mengurangi sifat-sifat induknya. Pada umumnya pohon-pohon yang akan dicangkok adalah dari pohon-pohon yang terpilih dan cabang yang dicangkok adalah yang sudah berkayu tapi tidak terlalu tua atau terlalu muda Penelitian dengan cangkokan yang dilakukan di Grenada berhasil dengan memuaskan. Dengan memilih cabang yang cukup besar. Pada jarak 15 cm dari batang, kulit dikupas lebih dari separuh sepanjang 2-3 cm. Luka akibat pengelupasan ditutup, kemudian dibalut tanah yang sebelumnya telah dicampur pupuk kandang. 

Pada umur 6 bulan setelah perlakuan , sudah keluar akar yang cukup banyak. Cara lain dari cangkokan ialah dengan memilih cabang tanaman berdiameter rata-rata 1.5 cm. Cabang disayat dari bawah ke atas sepanjang 5 cm, luka akibat pemotongan ditutup dengan MOS yang telah dibasahi, selanjutnya dibungkus. Cangkokan akan mulai berakar pada umur 4 – 18 bulan. 

Perbanyakan dengan okulasi 
Perbanyakan dengan okulasi pada tanaman pala dilakukan sebagaimana pengokulasian tanaman lainnya, yaitu dengan cara okulasi T terbalik atau cara Fokkert yang disempurnakan. Hanya untuk mendapatkan mata tunas dari entres yang dekat dengan daun yang utuh sangat sulit sebab kebanyakan diperoleh mata tidur, tetapi pada percabangan yang sudah tua dan besar selalu mata tunas tersebut dapat tumbuh segera setelah dilakukan pemotongan cabang bagian ujung. Hal ini yang menyebabkan pelaksanaan okulasi pada tanaman pala selalu gagal, karena mata entres jauh lebih tebal atau lebih besar dari diameter batang bawah. 

Perbanyakan dengan sambungan (grafting) 
Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu penyambungan pada pucuk dan susuan. 
  • Sambungan pada pucuk (enten) Cara ini merupakan cara yang banyak dilakukan pada penyambungan tanaman yang sulit diokulasi. Penyambungan ini dilakukan pada umur bibit ± 3 – 4 bulan setelah berkecambah. Ambil entres dari tunas ortotrop yang besarnya sama dengan batang. bawah Cara penyambungan tanaman (batang bawah) dipotong pada bagian pucuk ± 3 – 5 cm, pada ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan tanah, lalu dibelah ± 1 - 1.5 cm. Ambil entres berdaun 4 – 6 dari tunas ortotrop, buang daun bagian bawah 2 4 lembar pada bagian pangkal, entres diruncingkan pada bagian kiri dan kanan sehingga berbentuk V. Selanjutnya masukkan belahan pada batang bawah tadi, lalu diikat dengan tali plastik es, untuk mendapatkan keberhasilan yang sempurna, bibit sambungan tadi ditaruh di dalam bedengan dan tutup dengan sungkup plastik. Perlu disiram pagi dan sore hari seperlunya dan jangan sampai air berlebihan. Bila bibit cukup banyak, sebaiknya bibit jangan disungkup individu tapi disungkup dalam kurungan plastik . 
  • Susuan (apprough – grafting) Bibit yang berumur ± 4 bulan dimana pertengahan batang mulai beralih dari warna hijau ke merah kecoklatan adalah yang terbaik untuk disambung secara susuan lalu dicari tunas yang sama besarnya (sebaiknya tunas tegak lurus) pada pohon induk terpilih, lalu disayat pada sisi bagian tengah sepanjang 3 – 5 cm dan tebal 2 – 4 mm, demikian pula pada batang bawah bibit tadi. Bekas sayatan pada bibit dan tunas tadi ditempelkan pada luka yang sama, usahakan kedua kambium bertemu, kemudian diikat dengan tali plastik es dimulai dari bawah ke atas secara rapat dan kuat, agar air tidak masuk, biasanya pada umur 60 – 75 hari penyambungan susuan itu sudah bersatu dan sudah bisa dipotong ± 5 cm dibawah sambungan pada tunas pohon induk (entres), bekas luka diolesi dengan ter tanaman untuk menghindari infeksi, sedang batang bagian atas dari sambungan pada bibit (batang bawah) sebaiknya jangan terus dipotong, tetapi disayat ± 7 cm diatas sambungan lalu dirundukkan ke bawah, setelah 15 – 20 hari baru dipotong. Bibit setelah putus dari pohon induk ditaruh di tempat teduh dengan intensitas penyinaran ± 25 %, dan secara perlahan-lahan ditingkatkan dengan cara membuka atap/pelindung sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk memberi kesempatan pertumbuhan akar, sehingga pada penanaman di kebun akan mengurangi gangguan akar. Bibit yang disemai dalam polibag, penanamannya dapat langsung ke lapangan. 
Persiapan lahan 
Sebelum bibit ditanam, kebun harus sudah dipersiapkan. Pada garis besarnya, 
persiapan lahan meliputi kegiatan sebagai berikut : 
  • Pembabadan semak belukar dan penebangan pohon-pohon (kebun yang baru dibuka). Sebaiknya pembukaan areal ini dilakukan pada musim kemarau, sehingga semak belukar tersebut tidak cepat tumbuh kembali. 
  • Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman serta menciptakan areal yang serasi. Pengolahan tanah pada areal miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng (contour). Efek utama pengolahan tanah menurut cara ini adalah terbentuknya alur yang dapat menghambat aliran permukaan dan menghindari terjadinya penghanyutan tanah bagian atas (erosi). Pada tanah dengan tingkat kemiringan 20 % perlu dibuat teras dengan ukuran ± 2 m (disesuaikan dengan keadaan solum tanah, makin dalam solum makin lebar ukuran teras) atau dapat puladibuat teras terusan dngan penanaman sistem contour. 
  • Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, ditentukan dahulu jarak tanam yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman pala ialah 9 x 10 m dengan sistem bujur sangkar atau 10 x 10 m. Dengan jarak tanam tersebut dahan-dahannya tidak akan bersilangan dan dengan keadaan ini kapasitas untuk berproduksi adalah maksimal pada umur dewasa (Flach, 1966). Pembuatan lubang tanam biasanya berukuran 60 x 60 x 60 cm. Pada tanah yang berliat tinggi, sebaiknya ukuran lubang tanam lebih besar 100 x 100 x 100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah, karena kedua lapisan tersebut mengandung unsur yang berbeda. Setelah pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan, tanah dikembalikan, lapisan bawah kembali ke lapisan bawah dan lapisan atas setelah dicampur dengan pupuk kandang matang, baru dimasukkan kembali ke dalam lubang bagian atas. Dua atau tiga minggu kemudian penanaman dapat dilakukan. 
Penanaman 
Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu tahun, dan tidak lebih dari dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama dipembibitan, pertumbuhannya akan terlambat, sebab akar sudah berlipat-lipat. Sebaiknya penanaman dilaksanakan pada awalmusim penghujan agar ketersediaan air terjamin. Cara penanaman adalah dengan membuat lubang tanam kecil ditengah lubang tanam awal, setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag disayat dari atas ke bawah dengan pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam polibag tersebut tidak rusak, kemudian dilakukan penanaman sampai leher batang terkubur tanah, lalu tanah dirapihkan kembali. Uintuk menjaga tanaman muda dari sengatan matahari langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang bambu atau kayu dengan atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman betul-betul tahan dari sinar matahari. 

 Pemeliharaan 
Untuk menjamin keberhasilan berproduksi di masa mendatang, maka sejak awal pertanaman pala perlu pemeliharaan yang baik, di antara kegiatan pemeliharaan pertanaman pala adalah : 
  1. Penanaman pohon pelindung Tanaman muda umumnya tidak tahan terhadap panas sinar matahari langsung, sehingga diperlukan naungan serta penanaman pohon pelindung yang sekaligus sebagai penahan angin karena tanaman pala sangat peka terhadap angin yang keras. Beberapa pohon pelindung dapat digunakan diantaranya Albazia, Lamtoro, Glirisidia dan berbagai jenis tanaman leguminosae lainnya. Setelah tanaman pala berumur 3 – 4 tahun, pohon pelindung dapat dikurangi secara bertahap. 
  2. Penyulaman Bibit yang mati, dan yang pertumbuhannya terhambat sebaiknya segera dilakukan penyulaman agar idak menjadi parasit dalam usaha pertanaman pala. Kegiatan penyulaman ini dapat dilakukan sejak umur satu bulan setelah tanam. 
  3. Penyiangan Biasanya setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan, rumput dan tanaman pengganggu lainnya disekitar pertanaman pala sudah banyak yang tumbuh. Hal ini menimbulkan persaingan tanaman paladengan rerumputan tersebut dalam penggunaan unsur hara, oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan (bobokor) agar persaingan dalam pengambilan unsur hara dapat diperkecil, sehingga tanaman pala tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk selanjutnya penyiangan cukup dilakukan sekitar piringan tanaman yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan perkembangan gulma. 
  4. Pemupukan Untuk menjamin ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pala terutama unsur makro (N, P dan K ) di dalam tanah, bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, maka diperlukan pemupukan. Dosis pemupukan yang dianjurkan berdasarkan tingkat umur untuk tanaman pala. 
Pengendalian Hama dan Penyakit 
Disamping perbaikan teknik bercocok tanam, perlu pula diupayakan penanggulangan serangan hama dan penyakit sehingga kelangsungan pertanaman serta kualitas dan kuantitas produksi dapat terus dipertahankan malah dapat ditingkatkan. 
  1. Hama Hama yang sering dijumpai menyerang biji pala adalah Oryzaephilus mercator (Faufel) dan Areacerus fasciculatus. Ke-dua hama ini bersifat kosmopolitan dan menyebabkan kerugian besar terutama pada produk-produk dalam simpanan. Hama lain adalah yang menyerang batang yaitu Batocera hercules. Hama ini banyak diketemukan di Sulawesi Utara dengan tingkat serangan yang cukup tinggi. Usaha pengendalian terhadap hama yang menyerang biji yang sudah berada di gudang – gudang adalah dengan melakukan fumigasi Methyl Bromida. Sedangkan penyemprotan insektisida kontak dapat puladilakukan untuk serangan di lapang dengan menggunakan insektisida Malathion. Pengendalian terhadap hama penggerek batang adalah dengan memberikan insektisida pada kapas kemudian dimasukkan pada semua lobang gerekan dan kemudian ditutup dengan sepotong kayu. 
  2. Penyakit Penyakit utama yang paling merugikan pada pertanaman pala di Indonesia adalah penyakit busuk kering dan busuk basah yang disebabkan oleh jamur serta penyakit layu yang diduga disebabkan oleh mikroorganisme. 
  • Penyakit busuk kering 
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur yaitu Stigmina myrtaceae,. Gejala penyakit umumnya ditemukan pada buah yang telah berusia 5 – 6 bulan ke atas. Pada buah yang terinfeksi akan diketemukan bercak coklat atau hitam kehijauan dengan ukuran yang bervariasi. Serangan penyakit ini merupakan bercak yang mengering, buah menjadi keras, dan pada permukaan kulit terbentuk masa jamur berwarna hitam kehijauan, diikuti dengan pecahnya buah dan buah kemudian gugur 
  • Penyakit busuk basah 
penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum gloesporioidesPenzig. Penyakit ini muncul pada saat buah-buah hampir masak atau buah yang pecah kadang ditemukan bersama-sama dengan serangan penyakit busuk kering. Pada buah yang terinfeksi terjadi peribahan warna menjadi coklat, daging buah busuk, lunak dan berair/kebasah-basahan. Bila gejala berkembang nampak buah seperti habis dimasak air panas. Buah terserang pada pangkalnya, sehingga akan mudah gugur ke tanah. Pengendalian ke-dua penyakit ini pada prinsipnya sama karena penyebab kedua penyakit tersebut adalah jamur dan bagian yang terserang adalah buah. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah menghilangkan sumber inokulum, mengurangi kelembaban dan melindungi buah dengan penyemprotan fungisida. Menghilangkan inokulum dapat dilakukan dengan cara membenamkan buah-buah yang sakit/terserang ke dalam tanah. Mengurangi kelembaban kebun dengan mempergunakan jarak tanam yang lebar misalnya 10 x 10 meter, pembersihan tumbuhan pengganggu disekitar tanaman, mengurangi tanaman pelindung, serta kalau perlu melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang saling persentuhan, serta penyemprotan dengan fungisida Delsene MX-200, pada musim hujan. 
  • Penyakit Layu 
Diduga penyebab penyakit layu ini adalah Mikroorganisme patogenik didukung oleh keadaan lingkungan yang sangat lembab. Gejala nampak pada daun, daun menguning dan layu dari pucuk bagian atas, berlanjut dari satu cabang ke cabang lain kemudian gugur seluruhnya dan tanaman mati meranggas. Jika akarnya dibongkar terlihat warna hitam kecoklatan. Secara keseluruhan gejala ini mirip dengan gejala BPKC pada tanaman cengkeh. Penanggulangan yang dapat dianjurkan antara lain, mengurangi kelembaban kebun dengan memotong tanaman liar sehingga sinar matahari cukup masuk diantara tanaman pala. Membuat saluran drainase sekeliling kebun agar air tidak menggenang, memusnahkan tanaman yang terserang serta penyemprotan fungisida Dithane M-45, Benlite, Difolatan 4f. 
  • Penyakit lain 
Penyakit lain yang menyerang tanaman pala dalam skala kecil dan sporadis serta secara eknomis nilai kerusakan\nya relatif kecil antara lain penyakit antrachnosa pada daun dan benang putih. Penanggulangan terhadap kedua jenis penyakit ini adalah sama yaitu mengurangi kelembaban kebun, memotong dan memusnahkan ranting yang terinfeksi, serta penyemprotan dengan fungisida. 

Pola Tanam 
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin, dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri. 

Peluang tanaman pala sebagai tanaman pokok atau pun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan karena banyak lahan diantaranya belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk menentukan/mendapatkan jenis tanaman apa yang tepat bergandengan dengan tanaman pala, beberapa hal yang perlu di perhatian adalah sebagai berikut : 
  • Kesesuaian lingkungan yang diartikan sebagai kecocokkan lahan untuk tanaman tersebut. 
  • Tidak bersifat saling merugikan baik terhadap tanaman sela atau tanaman pokok. 
  • Tidak menimbulkan persaingan, terutama dalam pengambilan zat makanan. 
  • Tidak memiliki kesamaan sebagai inang timbulnya hama atau penyakit. 
  • Memiliki kemampuan saling menguntungkan. 
  • Tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis. 
  • Berwawasan lingkungan, artinya berkemampuan mengawetkan alam. 
Sehingga kelestariannya tetap terjamin sesuai konsep ekologi yang diinginkan bersama. Sebagai contoh upaya menekan sekecil mungkin tingkat erosi tanah yang kelak dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Peluang tanaman pala sebagai tanaman sela jumlahnya tergantung umur tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10 tahun, tanaman pala dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa. Sedangkan sebagai tanaman pokok, tanaman pala dapat dipola tanamkan dengan berbagai jenis tanaman palawija, tanaman temu-temuan serta berbagai tanaman obat. Jarak tanam pala yang biasa dipergunakan adalah 10 x 10 m, dengan jarak tanam tersebut banyak lahan yang kosong terutama pada saat tanaman pala berumur di bawah 4-5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman semusim misalnya tanaman palawija. 

Panen 
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 – 8 tahun dan pada umur 10 tahun dapat berproduksi secara menguntungkan. Tanaman pala hasil grafting dapat berbuah umur 4 – 5 tahun sedang tanaman hasil cangkokan berbuah umur 3 – 4 tahun. Produksi tanaman pala terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi dan dapat terus berproduksi sampai umur 60 – 70 tahun. Dalam satu tahun pala dapat dipanen dua kali. Umumnya buah pala telah dapat dipanen setelah cukup tua, umur buah ± 6 bulan sejak dari bunga. Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua adalah jika sebahagian buah pala dari suatu pohon sudah merekah. Cara pemanenan buah pala dapat dilakukan dengan menggunakan galah yang pada bagian ujungnya diberi keranjang atau dengan cara memetik langsung dengan cara menaiki batang dan memilih buah-buah yang telah betul-betul tua. Buah yang telah dipetik segera dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan fulinya. Biji pala dan fulinya segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang dapat mengurangi mutunya. 

Pengolahan dan penganerakaragaman hasil 
Buah pala terdiri atas daging buah (pericarp) dan biji yang terdiri atas fuli, tempurung dan daging biji. Fuli adalah serat tipis (areolus) berwarna merah atau kuning muda, berbentuk selaput berlubang-lubang seperti jala yang terdapat antara daging dan biji pala. Menurut Somaatmadja (1984), dari buah pala segar dihasilkan daging buah sebanyak 83.3 %, fuli 3.22 %, tempurung biji 3.94 %, dan daging biji sebanyak 9.54 %. 

Pemanfaatan buah pala secara optimal serta dilakukannya usaha-usaha penganekaragaman bentuk produk pala yang dipasarkan sangat penting artinya, sehingga pendapatan petani pala tidak hanya tergantung dari penjualan biji pala saja. Selain peningkatan nilai tambah bagi usaha pemanfaatan buah pala secara optimal akan meningkatkan daya tahan petani pala terhadap perubahan harga biji pala akhir-akhir ini. 

Semua bagian buah pala dapat dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai ekonomis. Biji dan fuli pala kering merupakan dua bentuk komoditas pala di pasar intenasional, keduanya dapat diolah menjadi minyak pala yang memberikan nilai tambah, sedangkan daging buahnya dapat dibuat berbagai macam produk pangan seperti manisan pala, sari buah, selai pala, chutney dan jelli. 

Biji dan fuli kering 
Untuk dijadikan bahan yang dapat diekspor, biji dan fuli pala perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan dimulai dengan melepaskan biji dari dagingnya, fuli yang membungkus biji dilepas dengan jalan memipil mulai dari ujung. Pengeringan biji dan fuli dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan alat pengering. 

Secara tradisional biji pala dijemur dengan memakai alas tikar atau lantai semen dibawah sinar matahari. Yang harus diperhatikan dalam penjemuran adalah lamanya pengeringan harus tepat. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang  tinggi mengakibatkan biji menjadi pecah. Biji yang telah cukup kering adalah yang telah terlepas dari bagian cangkangnya dengan kadar air 8 – 10 %. Sedangkan pengeringan fuli dengan bantuan sinar matahari dilakukan secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian dikering anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli menjdi kering. Cara pengeringan semacam ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan bermutu tinggi. 

Minyak pala 
Biji pala dan fuli dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala. Minyak pala biasanya disuling dari biji pala berumur 3 – 4 bulan dengan rendemen minyaknya 6 – 17 %. Biji pala yang tua, rendemennya lebih rendah 8 – 13 %. Penyulingan biji pala dan fuli dapat dilakukan dengan sistem uap bertekanan rendah (± 1 atmosfer ) atau dilakukan secara dikukus. Untuk tingkat pengrajin, penyulingan secara pengukusan lebih memungkinkan karena investasinya lebih murah. Biji pala yang akan disuling digiling terlebih dahulu, untuk memudahkan keluarnya minyak atsiri dari bahan. Penyulingan biji pala dengan kapasitas besar hendaknya bahan di dalam ketel disusun secara difraksi (diberi antara) agar uap air dapat berpenetrasi dengan merata, dengan demikian penyulingan akan lebih singkat dan rendemennya lebih tinggi. Penyulingan cara itu membutuhkan waktu 8 jam dengan rendemen minyak 13.33 %, sedang tanpa difraksi membutuhkan waktu 10 jam dengan rendemen minyak 12.98 %. 

Untuk penyulingan fuli pala tidak perlu fulinya dihancurkan sebelum disuling. Kadar minyak atsiri dari fuli yang masih muda yang berwarna keputih-putihan berkisar 7 – 18 % (Rismunandar, 1987). Penampakan minyak pala dan fuli hampir sama, keduanya berwarna jernih hingga kuning pucat dan mempunyai susunan kimia yang sama. 

Oleoresin dan mentega pala 
Oleoresin terdiri dari minyak atsiri dan resin serta komponen-komponen pembentuk flavor lainnya (senyawa-senyawa) yang tidak mudah menguap yang menentukan rasa khas pala. Tahap-tahap pembuatan oleoresin adalah persiapan bahan, ekstraksi dengan pelarut organik dan pengambilan kembali pelarut organik. Ekstraksi pala langsung dengan etanol dingin dapat menghasilkan 18 – 26 % oleoresin dan hasil tersebut didinginkan dan disaring. Oleoresin yang dihasilkan menjadi 10 – 12 %, sisanya adalah lemak trimiristin yang disebut mentega pala. Bila digunakan pelarut benzena, oleoresin pala yang dihasilkan sebelum dilakukan penyaringan mencapai 31 – 37 %. 

Pada pembuatan oleoresin fuli, fuli yang di ekstrak dengan petroleum eter dapat menghasilkan 27 – 32 % oleoresin yang mengandung 8.5 – 22 % minyak atsiri. Ekstraksi dengan etanol panas dapat menghasilkan 22 – 27 % oleoesin dan hasil  tersebut didinginkan dan disaring. Oleoresin yang dihasilkan menjadi 1 – 13 % dan sisa yang terpisah berupa mentega fuli. Lemak pala juga dapat diekstrak dengan hot press karena kadar lemaknya cukup tinggi (29 – 40 %), lemak ini dapat disebut sebagai mentega pala.

Daging buah pala 
Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan seperti manisan pala, sari buah, selai pala, chutney dan jelli. Manisan pala biasanya menggunakan buah pala yang masih muda, sedangkan untuk bentuk olahan lainya dapat digunakan daging buah pala yang telah masak. Ada dua macam manisan pala yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah dibuat dengan cara merendamdaging buah pala dalam larutan garam selama ±1/2 hari untuk menarik kotoran dan getahnya, lalu dicuci bersih. Kemudian direndam dalam gula pasir sehingga keluarcairan. Cairan tersebut dipisahkan kemudian dikentalkan dengan penambahan gula. Selanjutnya buah pala direndam kembali dalam cairan gula tersebut. Untuk membuat manisan kering, daging buah pala yang telah bersih direndam dalam gula pasir kemudian dijemur sampai kering.    

Rabu, 14 Desember 2016

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada tanaman Padi Sawah


Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.

Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :

a. Keong Mas

Waktu kritis untuk pengendalian keong mas adalah pada saat 10 HST pindah, atau 21 HSS benih (semai basah). PHT pada keong mas dilakukan sepanjang pertanaman dengan rincian sebagai berikut:
  • Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
  • Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan, sebar benih lebih banyak untuk sulaman dan bersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung.
  • Stadia vegetatif: Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak, keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7 HST, ambil keong mas dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan dengan menggunakan daun talas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan telur siput pada tanaman dan aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada Caren.
  • Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen
b. Wereng Coklat

Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat. Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Cara pengendaliannya sbb:
  • Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo, Sintanur, dan Batang gadis.
  • Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan
  • Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
  • Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana).
  • Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.
c. Penggerek batang

Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif. Siklus hidupnya 40-70 hari. Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting).

Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.

d. Tikus

Pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (tinier Trap Barrier System).

e. Walang Sangit

Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah d a r i keluarnya malai sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta hampa. Cara pengendaliannya adalah:
  • Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
  • Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
  • Tangkap walang sangit dengan menggunakan faring sebelum stadia pembungaan.
  • Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk,daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
  • Apabila serangan suclang mencapai ambang ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
  • Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
f. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)

Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Cara pengendaliannya sebagai berikut :
  • Gunakan varietas tahan seperti Conde dan Angke
  • Gunakan pupuk nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman
  • Bersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi
  • Jarak tanam jangan terlalu rapat
  • Gunakan benih atau bibit yang sehat.
g. Penyakit Blast

Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat – lebar ditengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang. Cara pengendaliannya adalah:
  • Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
  • Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
  • Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujan terus menerus.
  • Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
  • Perlakuan benih.

Senin, 12 Desember 2016

Pengertian Minyak Kelapa beserta proses pembuatan Minyak Kelapa



MINYAK KELAPA
Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku industri, atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging kelapa segar, atau diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra).

Untuk industri kecil yang terbatas kemampuan permodalannya, disarankan mengekstrak minyak dari daging buah kelapa segar. Cara ini mudah dilakukan dan tidak banyak memerlukan biaya. Kelemahannya adalah lebih rendahnya rendemen yang diperoleh.

Santan Kelapa
Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah.

Prinsip Pengolahan
Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu:
1) Cara basah
2) Cara pres
3) Cara ekstraksi pelarut

1) Cara Basah
Cara ini relatif sederhana. Daging buah diparut, kemudian ditambah air dan diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan minyak pada santan. Pemisahan minyak tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan, atau sentrifugasi.

Pada pemanasan, santan dipanaskan sehingga airnya menguap dan padatan akan menggumpal. Gumpalan padatan ini disebut blando. Minyak dipisahkan dari blando dengan cara penyaringan. Blando masih banyak mengandung minyak. Minyak ini dicampur dengan minyak sebelumnya.

Cara basah ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat di dapur keluarga.

Pada sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak (krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.

Pemisahan minyak dapat juga dilakukan dengan kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan diberi perlakuan sentrifugasi untuk memisahkan krim. Setelah itu krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari bagian bukan minyak dengan cara sentrifugasi.

Minyak yang diperoleh disaring untuk memperoleh menyak yang bersih dan jernih.

a. Cara Basah Tradisional
Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.

b. Cara Basah Fermentasi
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.

c. Cara Basah Lava Process
Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari krim. Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat, atau HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti cara basah tradisional atau cara basah fermentasi. Skim santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.

d. Cara Basah "Kraussmaffei Process"
Pada cara basah ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi, sehingga terjadi pemisahan skim dari krim. Selanjutnya krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatannya. Setelah itu diberi perlakuan sentrifugasi sehingga minyak dapat dipisahkan dari gumpalan padatan. Padatan hasil sentrifugasi dipisahkan dari minyak dan dipres untuk mengeluarkan sisa minyaknya. Selanjutnya, minyak disaring untuk menghilangkan kotoran dan padatan. Skim santan diolah menjadi tepung kelapa dan madu kelapa. Setelah fermentasi, krim diolah seperti pengolahah cara basah tradisional.

2) Cara Pres
Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin. Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
b. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.
c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:
- Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas).
- Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
- Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.
e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.

3) Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal.

Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.

b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.

c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung terus menerus sampai 3 jam.

d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.

e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.

Pada pengolahan minyak yang akan diterangkan di bawah ini dipilihkan cara basah fermentasi karena biayanya cukup murah dan dapat dilakukan dengan mudah.

BAHAN
1) Kelapa
2) Ragi tapai

PERALATAN
1) Mesin parut. Mesin ini digunakan untuk memarut daging buah kelapa. Mesin ini mempunyai konstruksi yang sederhana, relatif murah, mudah dioperasikan dan mudah dirawat. Mesin ini biasa digunakan oleh pedagang kelapa yang menyediakan jasa pemarutan kelapa di pasar-pasar.

2) Alat pemeras santan. Alat ini digunakan untuk memera santan dari kelapa parut. Alat ini dibuat dari dongkrak hidrolik, kemudian dirakit.

3) Wadah pemisah skim. Wadah ini digunakan untuk memisahkan skim dari krim santan. Dianjurkan menggunakan wadah yang tembus cahaya agar pemisahan skim dari krim dapat diamati. Untuk itu dapat digunakan botol air minum kemasan galon.

4) Tungku. Tungku digunakan untuk memanaskan krim sehingga terjadi pemisahan minyak dari bagian bukan minyak.

CARA PEMBUATAN
1) Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres sehingga mengeluarkan santan. Ampas ditambah dengan air (ampas : air = 1 : 0,2) kemudian dipres lagi. Proses ini diulangi sampai 5 kali. Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur menjadi satu.

2) Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam. Setelah terjadi pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung pada wadah terpisah dari skim.

3) Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%). Selanjutnya, krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses fermentasi oleh mikroba yang terdapat pada ragi tapai.

4) Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya menguap dan proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo. Pemanasan ini biasanya berlangsung selama 15 menit.

5) Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan minyak sebelumnya, kemudian dipanaskan lagi selama 5 menit.

6) Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4. Kemudian minyak diberi BHT (200 mg per kg minyak).

7) Minyak dikemas dengan kotak kaleng, botol kaca atau botol plastik.

Jumat, 25 November 2016

Budidaya ternak lebah lengkap dari perawatan sampai pemanenan



Budidaya Ternak Lebah

SEJARAH SINGKAT
Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup.

Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng.

SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 2000–2500 Ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.

JENIS
Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering dibudidayakan adalah jenis A. mellifera.

Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
1)Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan, Cina maupun Jepang.
2)Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
3)Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.
4)Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon klanceng.

MANFAAT
Produk yang dihasilkan madu adalah:
1) Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi.

2) Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.

3) Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/kepentingan farmasi.

4) Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetika sebagai pelengkap bahan campuran.

5) Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influensa.

Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

PERSYARATAN LOKASI
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni.
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perkandangan
a. Suhu
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.

b. Ketahanan terhadap iklim
Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

c. Konstruksi
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan frame nya.

2) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.

6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500-
900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari. Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:

a. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
b. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
c. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap dengan 3 sisiran sarang.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.

3) Sistem Pemuliabiakan
Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.

4) Reproduksi dan Perkawinan
Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi. Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

5) Proses Penetasan
Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:
a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di pinggir sarang.
b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.
c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:
a. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.

b. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.

c. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari.

Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda sesuai asal selnya.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa  frame  atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.

2) Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.

3) Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada.

Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
b. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan.
Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.

HAMA DAN PENYAKIT
1. Penyakit
Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit. Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:
1)Foul Brood; ada dua macam penyakit ini yaitu American Foul Brood disebabkan oleh  Bacillus larva dan European Foul Brood.
Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dan tempayak lebah.
2)Chalk Brood
Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan menutupnya hingga mati.
3)Stone Brood
Penyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.
4)Addled Brood
Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu.
5)Acarine
Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.
6)Nosema dan Amoeba
Penyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell  yang hidup dalam pembuluh malpighi lebah dan akan menuju usus.

2. Hama
Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:
1) Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah sebagai salah satu makanannya.
2) Kadal dan Katak, gangguan yang ditimbulkan sama dengan yang dilakukan oleh burung.
3) Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah.
4) Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang dapat merusak sisiran.
5) Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.

3. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
Upaya mencegah serangan penyakit dan hama tindakan yang perlu adalah:
1) Pembersihan stup setiap hari.
2) Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi lebah.
3) Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan semut.
4) Pintu masuk dibuat seukuran lebah.

PANEN
1. Hasil Utama
Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi.
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu ratu), pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).
3. Pengambilan madu
Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga. Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempel kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untuk
diambil madunya.

Urutan proses panen:
1) Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, lapisan penutup dikupas dengan pisau.
2) Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu.
3) Hasil disaring dan dilakukan penyortiran.
4) Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara.
5) Pengemasan madu dalam botol.

Rabu, 23 November 2016

Budidaya Pisang lengkap dari pembibitan, perawatan, pemanenan serata mengatasi penyakit pada pisang


BUDIDAYA PISANG 

1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan Gedhang. 

2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut: 
Divisi : Spermatophyta 
Sub divisi : Angiospermae 
Kelas : Monocotyledonae 
Keluarga : Musaceae 
Genus : Musa 
Spesies : Musa spp. 

Jenis pisang dibagi menjadi tiga: 
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M.paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang Ambon, Susu, Raja, Cavendish, Barangan dan Mas. 

2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok. 

3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk. 

4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca). 

3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. 

Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. 

4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina. 

5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. 

2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 

3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang. 

5.2. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus,mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. 

2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%. 

5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl 

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan). 

1) Persyaratan Bibit 
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar. 

2) Penyiapan Bibit 
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas. 

3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam 
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut : 
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar. 
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar. 
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit 
dikeringanginkan. 
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam. 
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit. 

6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan 
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air. 

2) Pembentukan Sengkedan 
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin. 

3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri. 

6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman 
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa. 

2) Pembuatan Lubang Tanam 
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat. 

3) Cara Penanaman 
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah. 

6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan 
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru. 

2) Penyiangan 
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam. 

3) Perempalan 
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu. 

4) Pemupukan 
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun). 

5) Pengairan dan Penyiraman 
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang. 

6) Pemberian Mulsa 
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus. 

7) Pemeliharaan Buah 
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah. 

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.) 
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion. 

2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus) 
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan. 

3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis). 
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil. 

4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.) 
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala : pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida. 

7.2. Penyakit
1) Penyakit darah 
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit. 

2) Panama 
Penyebab : jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit. 

3) Bintik daun 
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB). 

4) Layu 
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit. 

5) Daun pucuk 
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit. 

7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan : 
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon. 
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens. 
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen. 

8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saatpanen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen. 

8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas. 

8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif. 

8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun. 

9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan. 

Kamis, 17 November 2016

BUDIDAYA PEPAYA Lengkap dari pengolahan tanah, pembibitan dan panen




SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26 derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.

PEMBIBITAN
1. Persyaratan Bibit/Benih
- Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.

- Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.

2. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 cc/liter selama 1-2 jam, ditiriskan dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan 
ditambah 30 gram Natural GLIO.

3. Teknik Penyemaian Benih
- Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap hari. Benih berkecambah muncul setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam.

- Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5 - 10 cm. Biji tidak boleh 
dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm. Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam. Semprotkan POC NASA seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki

5. Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2 - 3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim hujan. 

PENGOLAHAN MEDIA TANAM
1. Persiapan
Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.

2. Pembentukan Bedengan
- Bentuk bedengan berukuran lebar 200 - 250 cm, tinggi 20 - 30 cm, panjang secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. 

- Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.

3. Pengapuran
Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.

4. Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang atau dengan SUPERNASA.

TEKNIK PENANAMAN
1. Pembuatan Lubang Tanam
- Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris. Biarkan lubang-lubang kosong agar memperoleh cukup sinar matahari. - - Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang 2 - 3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang - lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan penanaman.

- Apabila biji ditanam langsung ke kebun,maka lubang - lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.

2. Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.

PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disamping beberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.

2. Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

3. Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan pendangiran tanah. Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

4. Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah.
Cara pemberian pupuk:
- Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.

- Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl

- Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl

- Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl

- Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam dengan dosis 1 sendok makan/10 liter air setiap 1-2 bulan sekali

- Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup / tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah tanam sampai umur 2-3 bulan

- Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 - 4 tutup ditambah HORMONIK dosis 1 - 2 tutup / tangki.

- Penyemprotan hati - hati pada saat berbunga agar tidak kena bunga yang mekar atau lebih aman 
bisa disiramkan.

5. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat,maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.

HAMA DAN PENYAKIT
Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2 - 3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki panjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut. Pengendalian : semprot dengan Natural BVR atau PESTONA secara bergantian Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus mosaik, rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan nematoda.

Penyakit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang tanam, sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita. Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. 
Pengendalian : Siramkan PESTONA ke lubang tanam

PANEN DAN PASCA PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang.

2. Cara Panen
Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan dengan menggunakan "songgo" (berupa bambu yang pada ujungnya berbentuk setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat dipetik).

3. Periode Panen
Panen dilakukan setiap 10 hari sekali