Kamis, 31 Oktober 2019

Pemeriksaan dengan mikroskop elektron

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. 

Pemeriksaan virus dengan menggunakan mikroskop elektron dilakukan dengan dua cara yaitu : 

a. TEM (Transmission Electron Microscope) : 
Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-TEM) adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, dimana elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar. 

TEM ini berguna untuk : 
1. Mempelajari struktur internal dalam sel dengan cara memerlukan thin section. 
2. Mengamati struktur berukuran molekuler berupa protein dan asam nukleat. 
3. Mengganti dari cahaya elektromagnet berfungsi sebagai lensa. 
4. Sistem kerja pada kondisi vakum. 

b. SEM (Scanning Electron Microscope) : 
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detail arsitektur permukaan sel (atau) struktur jasad renik lainnya, dan obyek diamati secara tiga dimensi. 

SEM ini berguna untuk : 
1. Mempelajari struktur ekstranal sel (permukaan suatu objek) dan thin section tidak diperlukan. 
2. Melapisi spesimen dengan lapisan film tipis atau logam berat. 
3. Mengarahkan spesimen pada elektron beam untuk menscan objek/sel secara melintang maju mundur. 
4. Mengaktifkan elektron-elektron yang dipancarkan oleh lapisan metal akan dikumpulkan pada layar, pemantauan untuk menghasilkan image 3 dimensi. 
5.Menggunakan kisaran pembesaran elektron 15 kali hingga 100.000 kali. 

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT PADA MIKROSKOP ELEKTRON 
Teknik yang digunakan dalam pembuatan preparat ada berbagai macam tergantung pada spesiemen dan penelitian yang dibutuhkan antara lain : 
Cryofixation yaitu suatu metode persiapan dengan menggunakan teknik pembekuan spesiemen dengan cepat yang menggunakan nitrogen cair ataupun helium cair, dimana air yang ada akan membentuk kristal-kristal yang menyerupai kaca. Suatu bidang ilmu yang disebut mikroskopi cryo-elektron (Cryo-electron microscopy) telah dikembangkan berdasarkan tehnik ini. 

Dengan pengembangan dari mikroskopi cryo-elektron dari potongan menyerupai kaca (Viteous) atau disebut cryo-electron microccopy of vitreous sections (CEMOVIS), maka sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan penelitian secara virtual terhadap specimen biologi dalam keadaan aslinya. 

Fiksasi- yaitu suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik (seperti 
kenyataannya) dengan menggunakan glutaraldehyde en:glutaraldehydedan osmium tetroxide (en:osmium tetroxide) Dehidrasi- yaitu suatu metode persiapan dengan cara menggantikan air dengan bahan pelarut organik sepeprti misalnya ethanol atau aceton. 

Penanaman (Embedding)- yaitu suatu metode ppersiapan dengan cara menginfiltrasi Pembelahan (en:Sectioning)- yaitu suatu metode persiapan untuk mendapatkan potongan tipis dari spesimen sehingga menjadikannya semi transparan terhadap elektron. 

Pemotongan ini bisa dilakukan dengan ultramicrotome dengan menggunakan pisau berlian untuk menghasilkan potongan yang tipis sekali. Pisau kaca juga biasa digunakan oleh karena harganya lebih murah. 

Pewarnaan (Staining)-yaitu suatu metode persiapan dengan menggunakan metal berat seperti timah, uranium, atau tungsten (en:tungsten) untuk menguraikan elektron gambar sehingga menghasilkan kontras antara struktur yang berlainan dimana khususnya materi biologikal banyak yang warnanya nyaris transparan terhadap elektron (objek fase lemah). 

Pembekuan faktur (Freeze-fracture)-yaitu suatu metode persiapan yang biasanya digunakan untuk menguji membran lipid. 

Jaringan atau sel segar didinginkan dengan cepat (cryofixed) kemudian dipatah-patahkan atau dengan menggunakan microtome sewaktu masih berada dalam keadaan suhu nitrogen (hingga mencapai- 100% Celsius). 

Pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron pada ikan yang terkena serangan koi herpes virus, menunjukkan adanya hipertropi dan perpindahan kromatin sel dan ditemukan nucleokasid virus berbentuk hexagonal dengan diameter 110 nm. 

Melalui mikroskop elektron virion herpesviridea memilik inner kapsid dengan simetri isosadektahedron berdiameter 100-110 nm (Hedrik et al., 2005).

Preparasi histologis dan histokimia (Mikrobiologi)

Pengamatan terhadap darah inang yang terenfeksi virus dalam hal menentukan nilai parameter-parameter darah berupa Hb, Het, total protein plasma dan antibodi. 

Metode Pembuatan Preparat Histologi : 
1. Fiksasi 
Larutan fiksasi yang digunakan adalah larutan formalin berpenyangga (pH 7.0). 
Organ tubuh ikan yakni insang, daging dan ginjal dipisahkan dari tubuh, kemudian difiksasi dalam larutan formalin 

Tabel 2. Komposisi Larutan Formalin berpenyangga fosfat (pH 7.0)

2. Dehidrasi dan Pengisian Paraffin 
Spesiemen dibilas dengan air mengalir selama 15-30 menit untuk mencuci formalin. 
Pindahkan jke dalam setiap larutan untuk dehidrasi dan pengisian paraffin. Larutan dan waktu perendaman yang digunakan sesuai tabel berikut : 

Tabel 3. Larutan dan waktu perendaman dehidrasi dan embedding.
3. Bloking 
Letakkan tempat jaringan (cetakan untuk blok paraffin) pada hot plate suhu 65oC dan isi dengan parafin yang telah dilelehkan. Letakkan organ pada dasar cetakan lalu taruh ke atas es untuk sedetik. Setelah itu letakkan kaset jaringan tersebut diatas cetakan. Tambahkan paraffin pada cetakan secukupnya. Blok parafin ini diletakkan pada papan es sampai parafin membeku. Kemudian lepaskan blok parafin dari cetakan lalu dipotong 2-3 mm dari tepi organ. 

Pembuatan preparat sediaan 
Blok parafin dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4 µm. Jaringan yang dipotong melekat pada pisau mikrotom diambil dengan menggunakan kertas karton yang agak basah dan pindahkan ke wadah yang telah diisi air. Setelah itu, pindahkan ke atas kaca preparat dan letakkan dalam air hangat pada waterbath suhu 50oC selama 5 detik guna mengembangkan parafin. Letakkan kaca preparat tersebut diatas slide warmer suhu 55oC selama 1 jam untuk merekatkan jaringan tersebut pada kaca preparat. 

a. Pewarnaan H & E 
- Deparafinasi 
1. Rendam dalam xylel-1 selama 10 menit 
2. Rendam dalam xylel-2 selama 10 menit 
3. Rendam dalam etanol absolut-1 selama 5 menit 
4. Rendam dalam etanol absolut-2 selama 5 menit 
5. Rendam dalam etanol 90% beberapa menit 
6. Rendam dalam etanol 80% beberapa menit 
7. Rendam dalam etanol 70% beberapa menit 
8. Bilas dengan air mengalir selama 1 menit 
9. Bilas dengan akuades selama beberapa detik 

- Pewarnaan 
1. Rendam dalam larutan hematoksilin selama 4 menit 
2. Bilas dengan air mengalir selama 15 menit 
3. Rendam dalam akuades selama 1 detik 
4. Rendam dalam larutan eosin selama 5-6 menit 
5. Rendam dengan akuades selama sedetik 

- Dehidrasi 
1. Rendam dalam etanol 70% selama 1 detik 
2. Rendam dalam etanol 80% selama 1 detik 
3. Rendam dalam etanol 90% selama beberapa detik 
4. Rendam dalam etanol 95% selama 5 menit 
5. Rendam dalam etanol absolut-1 selama 10 menit 
6. Rendan dalam etanol absolut-2 selama 15 menit 

- Penetrasi 
1. Rendam dalam Xylel-1 selama 10 menit 
2. Rendam dalam Xylel-2 selama 10 menit 
3. Rendam dalam Xylel-3 selama 10 menit 

- Penutupan jaringan 
1. Ambil 1 tetes zat perekat (bioleit) dan letakkan ditengah-tengah kaca penutup segera letakkan penutup diatasnya. 
2. Ambil preparat sediaan yang masih terendam dalam larutan xylel lalu segera letakkan penutup diatasnya. 
3. Tekan keluar udara yang terdapat diantara kaca preparat dan kaca penutup dengan menggunakan forcep.

Selasa, 29 Oktober 2019

Informasi Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2019 di Lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Sesuai informasi watonsinau.work dapat bahwa tahun ini akan ada penerimaan CPNS Tahun 2019 yang di umumkan tanpa formasi

[SIARAN PERS] 
Nomor: 088/RILIS/BKN/X/2019 
Penerimaan CPNS Tahun 2019 Diumumkan Tanpa Formasi Administrasi 

Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun Anggaran 2019 telah ditandatangani dan diumumkan oleh Menteri PAN RB melalui pengumuman nomor B/1069/M.SM.01.00/2019 tentang Informasi Penerimaan CPNS Tahun 2019 di Lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah, pada Senin (28/10/2019). Pengumuman tersebut akan diikuti oleh pembukaan pendaftaran secara daring (online) melalui laman https://sscasn.bkn.go.id pada tanggal 11 November 2019 mendatang. Dokumen yang perlu disiapkan pelamar untuk diunggah ke dalam portal SSCASN di antaranya scan KTP asli, foto, swafoto, ijazah dan transkrip nilai asli, serta beberapa dokumen pendukung lainnya yang dipersyaratkan oleh instansi. Dalam masa pengumuman ini, instansi yang membuka formasi CPNS 2019 diharapkan mempubikasikan pengumuman resmi pada situs web dan media sosial masing-masing. 

Kepala BKN, Bima Haria Wibisana dalam jumpa pers yang digelar bersamaan dengan peresmian UPT BKN Balikpapan, Senin (28/10/2019) pagi menjelaskan pada tahun ini Pemerintah tidak membuka formasi tenaga administrasi karena jumlahnya sudah hampir separuh dari total di Indonesia. Saat ini Pemerintah fokus membuka formasi untuk jabatan yang dapat berkontribusi memberikan perubahan.

Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa saat pendaftaran daring telah dibuka, masyarakat diharapkan terlebih dahulu membaca dan memahami segala ketentuan pendaftaran yang akan tertuang pada portal SSCASN. Jika ditemukan kesulitan, pelamar dapat mempelajari informasi yang tertuang pada kanal Frequently Asked Question (FAQ) yang menyediakan jawaban atas persoalan yang umumnya menjadi kendala pelamar. 

Jikapun FAQ tidak dapat memberikan jawaban atas persoalan pendaftaran, BKN menyediakan kanal helpdesk daring dalam portal yang dapat dijadikan sebagai media pengaduan. Dalam kanal tersebut akan tertuang sejumlah tahapan pengaduan yang dapat dilakukan pelamar untuk kemudian disampaikan solusinya oleh petugas helpdesk daring. Sebagai alternatif terakhir, mulai tanggal 11 November 2019 BKN membuka layanan helpdesk luring (offline) di Kantor Pusat BKN, Jalan Mayjend Sutoyo No. 12 Jakarta Timur dan Kantor Regional BKN yang akan memberikan solusi jika kendala pelamar tidak terselesaikan melalui penjelasan FAQ dan helpdesk daring. 

Pada tahun 2019 ini, Pemerintah akan membuka 152.286 formasi dengan rincian, Instansi Pusat sebanyak 37.425 formasi pada 68 K/L dan Instansi Daerah 114.861 formasi pada 462 Pemerintah Daerah. Ada dua jenis formasi yang dibuka pada CPNS tahun 2019 ini, yaitu formasi umum dan formasi khusus. Formasi khusus meliputi cumlaude, diaspora, dan disabilitas pada Instansi Pusat dan Daerah, serta formasi khusus putraputri Papua, dan formasi lainnya yang bersifat strategis pada Instansi Pusat. Sedangkan formasi jabatan yang dibuka adalah tenaga pendidikan, kesehatan, dosen, teknis fungsional, dan teknis lainnya. Tiga besar formasi padda penerimaan CPNS kali ini adalah guru (63.324 formasi), tenaga kesehatan (31.756 formasi), dan teknis fungsional (23.660 formasi). Seperti halnya pada penerimaan CPNS sebelumnya, setiap pelamar hanya dapat melamar pada 1 formasi di 1 instansi. 

Perlu diketahu pula bahwa pada pelaksanaan seleksi CPNS 2019, bagi pelamar yang dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) seleksi administrasi diberikan waktu sanggah maksimal 3 (tiga) hari pascapengumuman dan instansi diberikan waktu maksimal 7 (tujuh) hari untuk menjawab sanggahan tersebut. Guna menghindari terjadinya ketidakpuasan dalam putusan hasil seleksi administrasi yang diterbitkan instansi, pelamar diimbau untuk mempersiapkan dokumen-dokumen dengan baik dan hanya mengunggah dokumen yang sesuai dengan persyaratan. 

Jakarta, 28 Oktober 2019 
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Badan Kepegawaian Negara 
Ttd Mohammad Ridwan

Jl. Mayjend Sutoyo No. 12 Jakarta Timur 13640 Telp 021-80882815, Fax. 021-80882815 Web: www.bkn.go.id Email: humas@bkn.go.id Twitter: @BKNgoid Facebook: BKNgoid Instagram: @BKNgoidofficial


Berikut kuota CPNS yang di butuhkan
INSTANSI PEMERINTAH PUSAT YANG MELAKSANAKAN PENGADAAN CPNS TAHUN 2019

Senin, 28 Oktober 2019

Virus-virus ikan

a. Cell line ikan 
Jenis-jenis cell line ikan yang diperlukan untuk pengujian pathogen pada ikan 
yang masuk dalam daftar OIE antara lain adalah : 
  • Bluegill fry (BF-2) 
  • Channel Catfish Ovary (CCO) 
  • Chinnok Salmon Embryo (CHSE-214) 
  • Epitheluoma Populosum Cyprini (EPC) 
  • Rainbow Trout Gonad (RTG-2) 
Informasi teknis mengenai penggunaan cel line ini untuk mengisolasi pathogen ikan yang termasuk dalam daftar OIE dapat dilihat pada tabel 1. 

Tabel 1. Informasi teknis mengenai cell line ikan yang paling sesuai untuk mendeteksi 
agen-agen virus yang masuk dalam daftar OIE. 
b. Media Kultur 
Jenis medium paling umum digunakan untuk pembiakan sel kultur ikan adalah Eagle’s minimal essential medium (MEM) yang terdiri dari garam Earle (Earle’s salt) yang ditambah dengan 10 % fetal calf serum, antibiotic dan 2 mM L-glutamine. 

Medium stoker yang merupakan modifikasi MEM memiliki konsentrasi asam amino dan vitamin yang dua kali lebih kuat dianjurkan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan sel dengan menggunakan suplemen yang sama dengan MEM dan ditambah dengan 10 % trytose phosphate. 

Medium-medium ini dibuffer baik dengan sodium bikarbonat, 0,16 M trishydroxymethyl aminomethane (Tris) HCL atau dengan 0,02 M asam N-2- hydroxyethil-piperazine-N-2-ethanesulfonic (HEPES). 

Penggunaan sodium bicarbonate saja, hanya terbatas pada kultur sel yang dibuat dalam botol yang tertutup rapat. 

Untuk pertumbuhan sel, pada umumnya digunakan sekitar 10 % serum fetal bovine pada medium, tetapi untuk pengisolasian atau produksi virus jumlah ini dapat dikurangi hingga 2 %. pH medium untuk pembiakan sel adalah sekitar 7,2 – 7,4 sedangkan untuk kegiatan pengisolasian atau produksi virus nilai pH ini diubah menjadi sebesar 7,6. 

Penyiapan kontrol positif dan antigen virus : 

1. Nama Virus 
  • Epizootic haemotopoietic necrosis virus (EHNV) 
  • European Catfish Virus (ECV) 
  • European Sheatfish Virus (ESV) 
  • Infectios Haemotopoietic Necrosis Virus (IHNV) 
  • Oncorhynchus Masau Virus (OMV) (alias Salmonid herpesvirus tipe-21) 
  • Spring Viraemia of carp virus (SUCV) 
  • Viral Haemorragic Septicaemia Virus (VHSV) (alias Egtved virus) 
2. Produksi Virus 
Untuk proses produksi virus, sel kultur harus diinokulasi dengan multiplisitas infeksi (multiplicities of infection/m.o.i) yang sangat rendah, misalnya pada 10² - 10³ plague forming unit (PFU) tiap sel. Selain itu hasil yang paling baik untuk produksi OMV dapat diperoleh dengan inokulasi sisa-sisa/hancuran sel dari kultur monolayer yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Latar Belakang Uji Kualitas Air OLEH: Edi Suriaman dan Juwita

Mengingat bahwa air minum yang digunakan kemungkinan mengandung bakteri patogen maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu, sebab air minum harus bebas dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Untuk pemeriksaan tersebut diperlukan pengujian bakteriologis air di laboratorium. Pengujian ini dapat menentukan air yang diperiksa tersebut mengandung bakteri patogen atau tidak. Alam prakteknya pengujian air secara bakteriologis untuk menentukan ada tidaknya bakteri bentuk koli. 

Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan. Sungai- sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah, yaitu penggunaan Air minum isi ulang. 

Uji kualitas air Ke dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan Coli tinja dan total Coliforms. a. Coli tinja, air yang mengandung coli tinja berarti air tersebut tercemar tinja. Tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air. 
b. Total Coliforms, bila air yang tercemar coliform dapat mengakibatkan penyakit-penyakit saluran pernafasan. 

Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan (AOAC, 2000). Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. 

E. coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroeritris taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, Air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti erbahaya yaitu dapat menimbulkan penyakit infeksius. 

Menurut Soetarto (2008), semua organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam medium air. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tetapi sering sekali terjadi pengotoran dan pencemaran air dengan kotoran-kotoran dan sampah. Oleh karena itu air dapat menjadi sumber atau perantara berbagai penyakit seperti tipus, desentri, dan kolera. 

Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tersebut adalah Salmonella typhosa, Shigella dysenteriae, dan Vibrio koma. 

Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. 

Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non-faecal coliform. E. coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan; 
a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi, 
b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar, 
c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, 
d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut.

PENELITIAN MIKROBIOLOGI PANGAN “UJI KUALITAS AIR” 
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang. 

Panduan lengkap Budidaya ikan lele (pemijahan sampai panen)

Budidaya ikan lele merupakan bisnis yang sangat menggiurkan, karena pangsa pasar yang cukup luas dan ikan lele termasuk ikan konsumsi yang di gemari masyarakat indonesia, disini kami dari watonsianu.work akan mencoba menjelaskan secara gamblang dari pemilihan induk, pembibitan sampai pembesaran

Seleksi indukan ikan lele
Memilih indukan untuk pembenihan ikan lele hendaknya dimulai sejak calon indukan masih berukuran sekitar 5-10 cm. Pilih ikan lele yang mempunyai sifat-sifat unggul seperti tidak cacat, memiliki bentuk tubuh yang baik, gerakannya lincah, pertumbuhannya paling cepat dibanding lainnya. Kemudian pelihara calon-calon indukan unggul tersebut dalam kolam pemeliharaan tersendiri. Pemeliharaan calon indukan akan lebih baik bila diperlakukan lebih istimewa, dengan memberikan pakan berkualitas dan pengairan yang bagus.

Penyeleksian terhadap calon indukan untuk pembenihan ikan lele dilakukan setiap 2 minggu sekali. Jangan lupa pisahkan berdasarkan ukuran agar tidak saling kanibal. Lakukan secara berkala sampai mendapatkan indukan yang benar-benar baik. Ikan lele jantan bisa dijadikan indukan setelah berumur 8 bulan, sedangkan untuk lele betina setidaknya berumur satu tahun. Bobot indukan yang baik setidaknya mencapai 0,5 kg.

Indukan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Bagian perut membesar ke arah anus, apabila diraba tersa lembek
  • Apabila diurut akan keluar telur berwarna hijau tua
  • Alat kelamin berwarna kemerahan dan terlihat membengkak
  • Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan
  • Gerakannya lambat
Sedangkan untuk indukan jantan untuk pembenihan ikan lele hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Tubuhnya ramping
  • Alat kelaminnya memerah
  • Warna tubuh akan terlihat coklat kemerahan
  • Gerakannya lincah
Teknik pemijahan ikan lele
Pemijahan atau mengawinkan ikan lele bisa dilakukan dengan berbagai metode, baik yang alami atau intensif. Pemijahan alami yaitu perkawinan yang tidak memerlukan campur tangan manusia dalam proses pembuahan sel telur dengan sperma. Sedangkan pemijahan intensif merupakan proses perkawinan yang memerlukan intervensi manusia dalam proses pembuahannya. Terdapat beberapa cara populer yang biasa dipakai untuk memijahkan ikan lele secara intensif, yaitu:
  1. Penyuntikan hipofisa
  2. Penyuntikan hormon buatan
  3. Pembuahan in vitro (dalam tabung)
Pemeliharaan larva
Dari proses pemijahan akan dihasilkan larva ikan yang harus dibesarkan dalam tahap pembenihan ikan lele selanjutnya. Pisahkan larva dari induknya. Kualitas air kolam untuk pemeliharaan larva harus terjaga. Usahakan ada aerasi dengan aerotor untuk menyuplai oksigen. Suhu kolam harus dipertahankan pada kisaran 28-29oC. Pada suhu dibawah 25oC, biasanya akan terbentuk bintik putih pada larva yang menyebabkan kematian massal.

Apabila terjadi perubahan suhu, usahakan tidak terjadi secara ekstrim. Perubahan suhu kolam sebaiknya tidak berfluktuasi lebih dari 1oC. Banyak larva yang tidak mentolerir suhu yang berubah-ubah.

Hal penting lainnya adalah menjaga kebersihan kolam. Bersihkan kolam dari kotoroan dan sisa pakan dengan spons. Kotoran dan sisa pakan bisa menimbulkan gas amonia yang bisa memicu kematian larva.

Larva masih membawa persediaan makanan dalam dirinya, jadi tidak perlu diberi pakan hingga 3-4 hari. Setelah persediaan makanannya habis, larva harus segera diberi pakan. Pakan bisa berupa kuning telur yang telah direbus. Ambil bagian kuningnya, lumat hingga halus dan campurkan dengan 1 liter air bersih. Larutan tersebut cukup untuk 100.000 ekor larva.

Setelah larva berumur satu minggu, berikan pakan berpa cacing sutera (Tubifex sp.). Cacing ini bernilai gizi tinggi dan disukai benih ikan yang baru tumbuh. Pakan berupa cacing ini meringankan perawatan, karena bisa hidup dalam air dan tidak mengotori kolam. Sehingga meminimalkan resiko keracunan akibat sisa pakan yang membusuk.

Cacing sutera diberikan hingga larva berumur 3 minggu atau berukuran 1-2 cm. Setelah itu, larva bisa dikatakan telah menjadi benih ikan dan siap diberi pelet yang berbentuk tepung.

Pendederan benih
Pendederan adalah suatu tahapan untuk melepas benih ikan ke tempat pembesaran sementara. Proses pendederan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembenihan ikan lele. Tempat pendederan biasanya berupa kolam kecil dengan pengaturan lingkungan yang ketat. Tahapan ini diperlukan karena benih ikan masih rentan terhadap serangan hama, penyakit dan perubahan lingkungan yang ekstrem. Benih ikan didederkan hingga siap untuk ditebar di kolam budidaya yang lebih luas.

a. Menyiapkan kolam pendederan
Kolam pendederan untuk pembenihan ikan lele bisa berupa kolam tanah, kolam semen atau kolam dari terpal. Tidak ada patokan luasan yang disarankan untuk kolam pendederan. Namun lebih baik tidak terlalu luas, sehingga lebih mudah dikontrol, misalnya ukuran 2×3 atau 3×4 m dengan kedalaman kolam 0,75-1 meter. Kolam tersebut juga harus memungkinkan di pasangi peneduh seperti paranet, untuk menghindari kematian benih karena terik matahari di musim kemarau.

Dalam menyiapkan kolam pendederan, perhatikan dengan seksama saluran masuk dan keluar pintu air. Gunakan jaring yang halus agar benih tidak bisa melintas saluran air dan tidak ada hama dari luar yang terbawa masuk ke kolam. Lakukan pengeringan kolam sebelum digunakan. Lebih baik apabila kolam dijemur untuk menghilangkan bibit penyakit yang mungkin tersisa dari aktivitas sebelumnya. Khusus untuk jenis kolam tanah yang akan digunakan untuk pembenihan ikan lele, lakukan pengolahan tanah dan pemupukan dasar kolam.


Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, hendaknya dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm. Hal ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau dalam benih tersebut akan kesulitan untuk berenang ke atas dan mengambil oksigen dari udara. Setelah benih membesar tambahkan kedalaman kolam secara bertahap, sesuaikan dengan ukuran benih ikan.

b. Pelepasan benih
Benih ikan lele sudah bisa dipindahkan ke kolam pendederan setelah berumur 3 minggu dihitung sejak menetas di tempat pemijahan. Atau, kira-kira berukuran panjang 1-2 cm. Kepadatan tebar benih lele berkisar 300-600 ekor per m2.

Benih ikan yang masih kecil sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Oleh karena itu, memindahkan benih ikan ke kolam pendederan perlu kehati-hatian. Caranya, Gunakan wadah atau ember plastik, kemudian isi dengan dari kolam asal hingga penuh. Ambil benih ikan gunakan jaring yang halus, lalu masukkan ke dalam wadah tadi.

Setelah wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tersebut ke kolam pendederan. Kemudian miringkan, sehingga air dalam wadah menyatu dengan air kolam pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan berenang keluar dengan sendirinya dari dalam wadah.

c. Pemberian pakan pembenihan ikan lele
Ketika benih masih berukuran 1-2 cm, gunakan tepung pelet yang memiliki kadar protein lebih dari 40 persen, karena pada umur tersebut benih lele membutuhkan banyak protein untuk perkembangan. Jenis pakan yang diberikan bisa berupa pelet jenis PSC atau pakan udang DO-A. Pemberian pakan jenis ini harus teliti, karena pakan akan tenggelam dan menumpuk di dasar kolam. Penumpukan sisa pakan akan membentuk amonia yang berbahaya bagi benih ikan. Selanjutnya benih ikan bisa dipindahkan ke kolam pendederan benih.

Apabila ikan sudah mencapai ukuran 2-3 cm berikan pakan F999 atau PF1000, atau jenis pelet yang berbentuk butiran kecil. Berikan pakan ini setidaknya hingga benih berukuran 4-6 cm. Pada prinsipnya, ukuran pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan.

Pakan diberikan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Waktu pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Karena ikan lele jenis binatang nokturnal atau aktif dimalam hari, hendaknya porsi pemberian makan pada malam hari lebih besar. Lamanya proses pendederan berkisar 5-6 minggu atau hingga benih ikan lele berukuran 5-7 cm.

Panen pembenihan ikan lele
Pembenihan ikan lele memakan waktu 8-9 minggu sejak benih menetas. Ukuran benih lele siap panen berkisar 5-7 cm. Cara pemanenan dilakukan dengan mengeringkan air kolam pelan-pelan hinga ikan berkumpul pada titik yang dalam atau saluran kemalir. Kemudian ambil ikan dengan jaring yang halus. Lakukan pengambilan ikan dengan hati-hati, karena benih tersebut masih rentan apabila mengalami luka pada permukaan tubuhnya. Tampung benih ikan dalam wadah yang telah diisi dengan air dari kolam yang sama agar ikan tidak mengalami stres.

Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.

Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.

Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.

Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.

Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.

b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.

Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.

Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.

c. Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.

Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.

Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.

Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.

Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.

Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif
.
a. Pemberian pakan utama
Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.

Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.

Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.

Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.

Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.

b. Pemberian pakan tambahan
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong.

Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.

Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

Pengelolaan air
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.

Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.

Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.

Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.

Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.

Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.

Panen budidaya ikan lele

Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.

Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Peternakan Sapi di Berastagi

Kota Berastagi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terdapat peternakan modern yaitu Gundaling Farm Berastagi. Akses ke lokasi juga sangat gampang dan bahkan pemandangan Gunung Sinabung dapat kita nikmati sepanjang perjalanan ketika memasuki daerah Berastagi

Saat perjalanan sudah memasuki areal peternakan yang luasnya 16 hektar, keindahan alam lainnya akan tersaji bercampur dengan jalanan yang ditata rapi, ditambah dengan tanaman yang menyejukkan. Lokasi parkir sendiri cukup luas dan berada tidak jauh dari kandang sapi perah yang didatangkan langsung dari Australia.

Sapi merupakan binatang yang gampang panik dan stres jika berada di kerumunan dan keributan. Sehingga peternakan berada jauh dari pemukiman.

"Pengunjung juga dilarang masuk ke kandang dan melakukan pemerahan langsung. Pengunjung bisa melihat dari batas pagar yang telah dipasang,"

Tapi, jika ada penelitian atau praktik kerja lapangan dari komunitas atau mahasiswa, biasanya diperbolehkan dengan menunjukkan surat praktik dan meminta izin dengan pimpinan.
Selain menikmati susu segar di lokasi peternakan, anda juga bisa menyaksikan pengalaman unik lainnya, Pada pukul 4 sore, di kandang sapi akan dipasang musik klasik seperti karya Ludwig Van Beethoven dan sapi akan berjajar rapi dan keluar kandang secara teratur

Fasilitas di Peternakan Sapi Gundaling Farm Berastagi
Di Gundaling Farm ini terkandung 1 kamar mandi pria dan 2 kamar mandi wanita yang bisa digunakan secara gratis untuk pengunjung. Namun di sini tidak terkandung mushola. Jika kamu mendambakan sholat bisa di kantor pos satpam yang punyai tempat cukup luas.

Biaya Masuk Peternakan Sapi Gundaling Farm Berastagi
Untuk biaya sendiri kamu tidak perlu khawtir, biaya tiket masuk, parkir, dan toilet seluruhnya gratis. Biaya hanya dikenakan jika pengunjung ingin menikmati susu segar yang dapat dibeli dengan harga terjangkau, yaitu hanya Rp. 27.000 per liternya. Susu tersebut juga diolah dengan bermacam-macam varian rasa dan ada juga yang di oleh menjadi yogurt




















Jumat, 25 Oktober 2019

Teknik-Teknik Pembuatan Minyak Kelapa oleh Thorikul Huda

Minyak kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Secara umum pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi 3 macam yaitu: 
1. Cara kering. 
2. Cara basah yang terbagi atas beberapa metode diantaranya adalah pemancingan, pengasaman, mekanik, enzimatk dan penggaraman. 
3. Cara ekstraksi Pelarut Cara kering 

Metode pembuatan minyak kelapa dengan cara kering, terlebih dahulu daging buah kelapa dibuat dalam bentuk kopra. Untuk dibuat dalam bentuk kopra, maka daging buah kelapa dibuat menjadi kering dengan jalan menjemur pada terik matahari atau dikeringkan melalui oven. Pengeringan daging kelapa dengan penjemuran sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga pengeringan akan lebih baik ketika berada pada musim panas. Dan apabila pengeringan dilakukan pada musim penghujan, proses pengeringan dapat memakan waktu yang lebih lama. Waktu yang lama dalam proses pengeringan akan sangat mengganggu kualitas kopra yang dihasilkan yang disebabkan karena adanya proses biologis. Untuk proses pengeringan dengan menggunakan oven akan lebih cepat dibandingankan dengan cara pengeringan melalui penjemuran pada sinar matahari. Pengeringan dengan menggunakan oven akan memakan biaya operasional yang lebih besar. 

Adapun langkah-langkah pembuatan minyak kelapa dengan cara kering adalah sebagai berikut (www.warintek.ristek.go.id) 
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar. 
2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya. 
3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring. 
4. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut: 
  • Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas). 
  • Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening. 
  • Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki. 
5 Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca. Cara Basah 

Langkah awal pembuatan minyak kelapa dengan cara basah yaitu daging buah kelapa dibentuk menjadi santan. Proses pembuatan santan merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan minyak. Untuk dapat membuat minyak yang lebih banyak maka jenis buah kelapa yang dipilih yaitu kelapa yang setengah tua dan kelapa tua. 

Santan itu sendiri merupakan jenis emulsi minyak dalam air (M/A), dimana yang berperan sebagai media pendispersi adalah air dan fasa terdispersinya adalah minyak. Globula-globula minyak dalam santan dikelilingi oleh lapisan tipis protein dan fosfolida. Lapisan protein menyelubungi tetes-tetes minyak yang terdispersi di dalam air. Untuk dapat menghasilkan minyak maka lapisan protein itu perlu dipecah sehingga tetes-tetes minyak akan bergabung menjadi minyak. Jadi pada prinsipnya pembuatan minyak kelapa cara basah atau melalui santan adalah pemecahan system emulsi santan melalui denaturasi protein. Cara basah ini dapat dilakukan secara kimiawi, mekanik, thermal, biologis / enzimatikTeknik pembuatan minyak kelapa secara thermal biasa disebut juga dengan teknik pemanasan. Untuk membuat minyak kelapa dengan cara pemanasan cukup sederhana, yaitu hanya melakukan pemanasan terhadap santan yang telah dibuat. Tujuan dari pemanasan adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di dalam santan tersebut. Umumnya minyak yang dihasilkan dengan cara pemanasan ini berwarna kekuning kuningan. Blondo yang diperoleh dari hasil pengolahan minyak kelapa dengan cara pemanasan memiliki warna coklat kehitaman. Teknik semacam ini biasanya dimiliki oleh industry olahan dalam skala rumah tangga. 

Metode Penggaraman 
Metode penggaraman dilakukan dengan tujuan untuk pemecahan system emulsi santan dengan pengaturan kelarutan protein di dalam garam. 

Protein yang terdapat di dalam santan akan larut dengan adanya penambahan garam (salting in), akan tetapi pada kondisi tertentu kelarutan garam akan turun seiring dengan peningkatan konsentrasi garam. Dengan penurunan tingkat kelarutan protein diikuti dengan pengikatan molekul-molekul air oleh garam tersebut, yang selanjutnya juga terjadi pemisahan antara cairan minyak dengan air (salting out). 

Metode pembuatan minyak kelapa dengan cara penggaraman dilakukan dengan menambahkan larutan garam bervalensi 2 contohnya adalah garam CaCl2.2H2O pada krim santan yang telah diperoleh dari tahap awal pembuatan minyak. Garam digunakan sebagai perusak kestabilan emulsi. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan minyak kelapa dengan metode penggaraman (garam yang dipakai misalnya CaCl2.2H2O). 

1. Garam Ca ditambahkan kedalam santan dan diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet agar campuran antara garam dan santan menjadi homogen. 

2. Campuran antara garam dengan santan kemudian didiamkan kurang lebih 12 jam untuk mendapatkan 3 lapisan yaitu air yang berada paling bawah, blondo yang ada di tengah dan minyak yang berada pada lapisan paling atas. 

3. Minyak yang dihasilkan dipisahkan, sedangkan blondo disentrifugasi untuk mengeluarkan minyak yang masih terikat blondo. 

Metode pengasaman 
Perusakan protein atau denaturasi protein untuk dapat mendapatkan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara pengasaman. Pada prinsipnya teknik pengasaman ini adalah metode denaturasi protein dikarenakan terbentuknya ion zwitter pada kondisi iso elektronik. Zwiter ion terbentuk karena molekul memiliki adanya muatan yang berlawanan dimasing-masing ujungnya. Di dalam protein sendiri sebenarnya mengandung gugus NH2 yang lebih memiliki muatan posotif dan gugus karboksilat yang bermuatan negative. Untuk dapat mencapai kondisi iso elektronik ini, maka santan dibuat dalam kondisi asam. Biasanya pengaturan pH untuk mendapat kondisi iso elektrik yaitu pada pH 4,5 yang dilakukan dengan penambahan asam asetat (CH3COOH) atau yang sering dikenal dengan cuka makanan. 

Dengan cara pengasaman ini akan terbentuk tiga lapisan juga, dimana lapisan minyak berada paling atas, kemudian lapisan tengah protein dan lapisan bawah adalah air. Adapun minyak yang diperoleh dari cara pengasaman warna akan jernih. Metode pemancingan 

Cara pemancingan pada pembuatan minyak kelapa merupakan pemecahan system emulsi santan dengan mengatur memperbesar tegangan permukaan. Untuk dapat memancing minyak keluar dari system emulsi digunakan umpan yang berupa minyak juga. Penggunaan umpan akan sangat mempengaruhi hasil dari kualitas minyak. Apabila umpan yang digunakan adalah minyak dengan kualitas yang bagus, maka akan diperoleh minyak yang berkualitas bagus pula, akan tetapi sebaliknya apabila minyak yang dijadikan umpan secara kualitas kurang bagus maka hasil minyak yang didapat juga kualitasnya kurang bagus. 

Teknik enzimatik 
Teknik enzimatik merupakan metode untuk denaturasi protein dengan bantuan enzim. Beberapa jenis enzim yang dapat digunakan pada proses ini misalnya papain, bromelain, poligalakturonase, alfa amylase, protease, atau pektinase. Tahapan pembuatan minyak kelapa dengan cara enzimatik ini adalah dengan pembuatan santan yang dihasilkan dari pemerasan menggunakan air kelapa. Adapun tujuan penggunaan air kelapa adalah untuk mempercepat proses penggumpalan. Santan selanjutnya ditambah dengan enzim yang akan digunakan untuk proses fermentasi dengan jalan didiamkan selama satu malam. Keesokan harinya dilakukan pemisahan antara minyak kelapa dengan protein atau blondo. 

Teknik pendinginan 
Metode pendinginan didasarkan pada perbedaan antara titik beku air dan titik beku minyak. Titik beku minyak berada pada kisaran 15 oC sedangkan air memiliki titik beku pada 0 oC, oleh karena itu pemakaian teknik pendinginan ini minyak akan membeku terlebih dahulu dibandingkan air. Atau dengan kaya lain minyak akan menggumpal lebih awal dan selanjutnya dapat dipisahkan dengan komponen air.

Teknik mekanik 
Teknik mekanik dilakukan dengan maksud merusak protein dan air yang menyelubungi tetes-tetes minyak. Caranya yaitu dengan memasukkan santan kedalam mixer atau terjadi pengadukan. Dengan adanya pengadukan terus-menerus molekul air dan molekul protein dapat rusak yang akhirnya tetes-tetes minyak dapat keluar. Teknik gelombang mikro Penggunaan gelombang mikro pada pembuatan minyak kelapa dimaksudkan untuk merusak susunan protein karena adanya kombinasi orientasi molekul polar (protein dan air) penyusun emulsi thermal. Karena kerusakan tersebut maka komponen minyak akan keluar dari system emulsi. 

Cara Ekstraksi Pelarut 
Untuk membuat minyak dengan cara ekstraksi pelarut, daging buah kelapa juga dibuat dalam bentuk kopra. Prinsip dari cara ini yaitu menggunakan pelarut yang dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik pelarut yang digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan bahan pelarut yaitu: 

1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk. 

2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula. 

3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses berlangsung terus menerus sampai 3 jam. 

4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak. 

5. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau. Meskipun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal.

Keunggulan Makanan Fermentasi

APA bedanya singkong mentah, singkong rebus dan tape (peuyeum)? Jelas berbeda. Jika kita mencicipi singkong mentah, maka akan berasa hambar agak pahit dan teksturnya sangat keras. Singkong rebus? Beda lagi. Terasa agak manis, lebih gurih dan teksturnya empuk. Tape (peuyeum)? Pasti rasanya manis agak asam atau sangat manis, beraroma dan teksturnya lunak.

Peuyeum adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir.

Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya mendidihkan, yaitu berdasarkan ilmu kimia terbentuknya gas-gas dari suatu cairan kimia yang pengertiannya berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut di antaranya karbondioksida (CO2).

Penemuan cara fermentasi ini diawali dengan pembuatan bir sekira 6.000 tahun sebelum masehi. Selain itu pembuatan roti dengan bantuan khamir atau ragi sekira 4.000 tahun sebelum masehi (SM). Pembuatan produk fermentasi kecap dan tauco di Cina sejak 722 SM. Kira-kira abad ke-17 mulai berkembang fermentasi anggur menggunakan bakteri Acetobacter menghasilkan asam asetat (asam cuka). Lantas tahun 1817, mulai diproduksi enzim dari tumbuhan dan jaringan hewan yang dapat memecah zat pati menjadi gula maltose (diastase). Kemudian tahun 1860, suatu enzim dari khamir dapat memecahkan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

Akhirnya banyak penelitian yang dilakukan para ahli dan melahirkan istilah baru dari fermentasi yaitu reaksi oksidasi-reduksi, di mana zat yang dioksidasi (pemberi elektron) maupun zat yang direduksi (penerima elektron) adalah zat organik dengan melibatkan mikroorganisme (bakteri, kapang dan ragi). Zat organik yang digunakan umumnya glukosa yang dipecah menjadi aldehida, alkohol atau asam.

Untuk melakukan metabolisme, mikroorganisme membutuhkan sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi yang terdapat dalam bahan pangan. 

Dalam proses fermentasi tampaknya mikroorganisme pertama kali akan menyerang karbohidrat, kemudian protein dan selanjutnya lemak. Bahkan terjadi tingkatan penyerangan terhadap karbohidrat yaitu terhadap gula, kemudian alkohol. Baru setelah itu terhadap asam.

Fermentasi terbagi dua tipe berdasarkan tipe kebutuhan akan oksigen yaitu tipe aerobik dan anaerobik. Tipe aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen.

Semua organisme untuk hidupnya memerlukan sumber energi yang diperoleh dari hasil metabolisme bahan pangan, di mana organisme itu berada. Mikroorganisme adalah organisme yang memerlukan energi tersebut. Bahan energi yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. Dengan adanya oksigen maka mikroorganisme dapat mencerna glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar energi.

Sedangkan tipe anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya tidak memerlukan oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan energinya tanpa adanya oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah, yang dihasilkan adalah sebagian dari energi, karbondioksida dan air, termasuk sejumlah asam laktat, asetat, etanol, asam volatile, alkohol dan ester.

Pada tipe-tipe tersebut harus diperhatikan perubahan secara mikrobiologi dalam makanan, di mana mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunannya menjadi alkohol, asam dan karbondioksida. Disusul dengan mikroba proteolitik dapat memecah protein dan komponen nitrogen lainnya, sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan. Sedangkan mikroba lipolotik akan menghidrolisa lemak, fosfolipid dan turunannya dengan menghasilkan bau tengik.

Bila alkohol dan asam yang dihasilkan mikroba cukup tinggi, maka pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik dapat dihambat. Jadi pada prinsipnya, fermentasi adalah menumbuhkan pertumbuhan mikroba pembentuk alkohol dan asam, dan menekan pertumbuhan miroba proteolitik dan lipolitik.

Faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan jenis bahan pangan (substrat). Mikroba membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi lainnya yang ada dalam bahan pangan (substrat). Demikian pula dengan macam mikroba. Yang perlu dimiliki mikroba dalam fermentasi adalah harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan perubahan yang dikehendaki secara kimia.

Fermentasi dipengaruhi pula kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan mikroba yaitu suhu, udara (oksigen), kelembaban, garam, asam.

Makanan fermentasi
Produk fermentasi terdiri dari minuman beralkohol seperti bir, sake, brem, wine (anggur), lantas produk fermentasi berbahan susu seperti keju, dan yoghurt. Produk fermentasi sayuran seperti sourkrout (acar kubis), pikel (acar timun). Produk serelia seperti roti, lalu produk kacang kedelai seperti tempe, oncom, tauco, kecap.

Makanan fermentasi merupakan makanan yang digunakan sebagai menu makanan seharihari, karena cara membuatnya mudah, praktis, murah dan aman. Banyak keuntungan yang bisa diambil dari produk makanan yang difermentasi baik dari sifat-sifat organoleptik (indrawi), peningkatan nilai gizi ataupun sanitasi. Keunggulan dari makanan fermentasi antara lain memberikan penampakan, dan cita rasa yang khas, misalnya pada tempe, oncom, tauco, berbeda dari penampakan atau rasanya dengan bahan aslinya kedelai. Lantas memunyai aroma yang lebih menyenangkan dengan terbentuknya asam, alkohol, ester dan senyawa pembentuk aroma lainnya pada produk bir, yoghurt, keju, kecap, anggur, acar, tape, tauco, brem.

Fermentasi juga menurunkan senyawa beracun seperti anti tirosin pada kedelai, yang kadarnya menurun bila dijadikan tempe. Fermentasi turut mempertinggi nilai gizi, karena mikroba bersifat memecah senyawa kompleks memjadi senyawa sederhana. Misalnya Rhizopus oligosporus dapat meningkatkan vitamin B12 pada tempe. Begitu pula dengan kandungan niacin dan riboflavin 

(*** Leni Herliani Afrianti).
Dosen Jurusan Teknologi Pangan FT Unpas. Mahasiswa Program Doktor Jurusan Farmasi ITB.

Kamis, 24 Oktober 2019

Sistem Pencernaan Ruminansia

TERNAK RUMINANSIA 
1.Memamah biak / nggayemi 
2.Lambung ganda : rumen, reticulum, omasum, abomasum 
3.Contoh : sapi, kerbau, kambing, domba

TERNAK NON RUMINANSIA 
1.Tidak memamah biak / nggayemi 
2.Lambung tunggal 
3.Contoh : unggas, babi
SISTEM PENCERNAAN
•Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENGAMBILAN, PENERIMAAN DAN PENCERNAAN BAHAN PAKAN DALAM PERJALANANNYA MELALUI TUBUH MULAI DARI MULUT SAMPAI KE REKTUM
PROSES PENCERNAAN

•Suatu proses yang dapat mengubah makanan menjadi substansi yang sederhana yang dapat diabsorbsi oleh tubuh 

•Terjadi secara mekanis dan kimiawi 

ORGAN PENCERNAAN PADA RUMINANSIA
•MULUT 
•ESOPHAGUS 
•RUMEN 
•RETIKULUM 
•OMASUM 
•ABOMASUM 
•USUS HALUS (DUODENUM, JEJENUM, ILEUM) 
•USUS BESAR (SEKUM, KOLON, REKTUM) 
•ANUS 

ORGAN AKSESORI
•GIGI 
•LIDAH 
•GLANDULA SALIVA 
•PAKREAS 
•HATI/LIVER

FUNGSI UTAMA SALURAN PENCERNAAN
•Transport pakan – peristaltic contractions 
•Pencernaan 
•Secara mekanis 
•Secara kimia 
•Penyerapan 
•Sintesis - protein, asam lemak, pati, vitamins 
•Pengeluaran
MULUT
•GIGI 
•Bersama lidah membantu proses pemasukkan pakan kedalam mulut (prehensi) 
•Melakukan pengunyahan (mastikasi) 
•Rumus gigi ruminansia 
•LIDAH 
Pada sapi digunakan sebagai organ prehensi dan untuk membantu proses pengunyahan hingga terbentuk bolus 

•SALIVA 
Yang paling utama berasal dari 3 pasang kelenjar saliva, yaitu : submaxillary, sublingual dan parotid 

Fungsi saliva : 
•Sumber nutrien untuk mikroorganisme rumen, mengandung urea, Na, K, P dll 
•Membasahi bolus, pada ruminan dewasa tidak mengandung enzim. Pada yang muda mengandung amylase. 
•Sebagai bufer untuk menjaga pH rumen dan mucin agar tidak terjadi bloat 

Jumlah sekresi saliva 
•Domba 3-10 liter/hari 
•Kuda 10-12 liter/hari 
•Sapi 130-180 liter/hari 

ESOPHAGUS/kerongkongan
•Membantu masuknya pakan kedalam lambung, dengan adanya gerak peristaltik esophagus 
•Aktiv pada proses ruminasi dan eruktasi 

Rumen
•Permukaannya berpapila untuk memperluas permukaan
•Tempat berlangsungnya fermentasi
•Berisi mikroba anaerob, yaitu bakteri, protozoa dan jamur/fungi, fungsi :
oMelakukan proses fermentasi
oPembentukan vitamin B komplek dan K
oZat pakan dari induk semang
•Memproduksi VFA dan protein
•Absorbsi sebagian besar VFA secara difusi

Retikulum (Hardware Stomach)
•Bentuknya seperti sarang lebah 
•Tidak ada sekresi 
•Terjadi inisiasi regurgitasi 
•Bahan non pakan (paku, kawat dll) terkumpul di retikulum

Omasum
•Permukaannya berlipat 
•Memperkecil partikel pakan 
•Absorbsi air ± 60% 
•Absorbsi VFA 
•Absorbsi garam-garam asam lemak, Na dan K

Abomasum
•Lambung sejati 
•Mensekresikan enzim proteolitik dan HCL 
•pH turun dari 6 menjadi 2,5 
oDenaturasi protein 
oBakteria dan m.o patogen mati

USUS HALUS
–Duodenum 
•Bagian yang aktiv melakukan proses pencernaan 
•Ada sekresi dari empedu dan pankreas 
–Jejunum 
•Absorbsi nutrien 
–Ileum 
•Absorbsi nutrien (air, vitamin dan mineral) 
•Terjadi fermentasi

USUS BESAR
Fungsi : 
•Absorbsi nutrisi yang tidak terserap di usus halus 
•Absorbsi air, amonia dan mineral

REKTUM
Suatu bagian dari usus besar yang berfungsi untuk menyimpan feses dan saluran pembuangan sebelum feses dikeluarkan lewat anus 
* Feses termasuk : sel-sel yang mati, pakan yang tidak tercerna dan bahan mikrobial

PANKREAS
•Cair dan jernih
•Enzim
•Amylase
•Lipase
•Protease
•Trypsinogen trypsin
•Chymotrypsinogen chymotrypsin
•Procarboxypeptidase carboxypeptidase
•Nuclease

HATI
•Menyekresikan cairan empedu 
•Cairan berwarna hijau kental dengan pH basa (menetralkan keasaman chyme) 
Disekresikan oleh hati melalui ductus empedu kedalam duodenum (penyimpanan dalam kandung empedu/gallbladder) 
•Fungsi untuk mengemulsi lemak 
•Komposisi 
Garam empedu(glycocholic dan asam taurocholic) 
Pigmen empedu(bilirubin dan biliverdin) 
Kolesterol 
•95% diabsorbsi dan kembali ke hati 
•Penyimpanan glukosa 
•Detoksifikasi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh 
•Penyimpanan vitamin 
•dll

Selasa, 22 Oktober 2019

Panduan lengkap dan metode penggemukan sapi potong


Pembibitan SAPI POTONG
USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG MASIH TERBUKA LEBAR 
a.Indonesia Kaya Potensi yang Belum Tergali 
b.Bagaimana Indonesia Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Daging Susu dan daging sapi belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri 
c.Kondisi Peternakan Sapi Potong di Indonesia 
- Produktivitas Rendah 
- Populasi Rendah 
- Pasokan Sapi Bakalan Tidak Stabil 
- Pasokan Pakan Ternak Belum Mencukupi 
- Pengetahuan ttg Teknologi Peternakan Masih Rendah 
- Perkawiinan tidak terkontrol 
d. Harapan Indonesia pada Masa Datang 
- Dengan mengubah cara atau tindakan kita yaitu memanfaatkan apa yang sudah diberikan untuk kemakmuran Bangsa.

PEMILIHAN LOKASI
Kondisi Agroklimat 
Kondisi lingkungan yang ideal yang dibutuhkan sapi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal berdasarkan potensi genetisnya adalah sbb :
a.Suhu Lingkungan
Ketika baru lahir, sapi potong membutuhkan suhu lingkungan yang lebih rendah dibanding sapi dewasa. Suhu lingkungan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi potong di Indonesia adalah 17 – 27°C.
b.Arah Angin
Angin merupakan salah satu faktor pembawa penyakit, apabila tdk diwaspadai upaya memperoleh keuntungan bisa berantakan akibat ulah penyakit yg dibawa angin. 
Bila arah angin dominan dari barat ke timur, kandang harus dibangun membujur dari utara ke selatan
Dinding kandang dibangun 20 – 30 cm lebih tinggi dari tinggi sapi yg dipelihara
c.Curah Hujan 
Curah hujan secara langsung berkaitan erat dengan ketersediaan air dan suhu udara. Idealnya lokasi peternakan sapi potong memiliki curah hujan 800 – 1.500 mm/th. 
d.Arah Sinar Matahari 
Sinar matahari mampu membunuh berbagai bibit penyakit yg berbahaya bagi kelangsungan hidup ternak. Sebaiknya arah sinar matahari pagi harus masuk secara sempurna ke dlm kandang. 
e.Kelembaban 
Kelembaban udara 60 – 80% merupakan kelembaban ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi potong 
f.Topografi 
Topografi merupakan pertimbangan penting dlm penentuan lokasi usaha peternakan karena secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pd suhu, curah hujan, kelembaban dan arah angin

KETERSEDIAAN AIR
  • Air adalah kebutuhan mutlak bagi sebuah usaha peternakan sapi potong untuk tumbuh dan berkembang, memandikan ternak, membersihkan kandang serta untuk menyirami tanaman pakan ternak.
  • Air bisa diperoleh dari sungai, sumur pompa, mata air dan menampung air ketika hujan. Keberadaan sumber air berpengaruh thd biaya produksi.
  • Sebelum digunakan sebaiknya air dari berbagai sumber dianalisis kandungan zat kimia utk menghindari keberadaan unsur2 yg berbahaya bagi ternak
  • Kebutuhan air tiap ternak beragam, dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan, jenis & bangsa ternak, kondisi pakan (kering/basah), sehingga diharapkan bisa memasok air dlm jml tidak terbatas.
KETERSEDIAAN TENAGA KERJA 
  • Sapi potong yg dikelola sbg usaha peternakan profit oriented harus dikelola oleh org2 atau tenaga kerja yg cukup kompeten. Untuk itu perlu dipertimbangkan penggunaan kombinasi tenaga kerja dari sekitar lokasi usaha peternakan maupun dari tempat asal yg jauh. 
  • Apabila tenaga kerja hanya bersumber dari dekat lokasi usaha dikhawatirkan terjadi konspirasi antar para pekerja, sebaliknya bila diambil dari lokasi yg berjauhan dikhawatirkan terjadi arus mudik pd wkt2 tertentu, misalnya lebaran atau tahun baru.
KETERSEDIAAN BAHAN PAKAN DAN SAPI BAKALAN 
  • Sumber bahan pakan sebaiknya tidak terlalu jauh dari lokasi usaha mengingat bahan pakan selalu dibutuhkan setiap hari. Bila utk pengadaan bahan pakan diperlukan biaya transportasi, dikhawatirkan keuntungan yg bisa diperoleh bisa habis utk biaya transport. 
  • Sapi bakalan yg berasal dari tempat yang terlalu jauh akan mengalami stres akibat perjlnan jauh, akibatnya sapi bakalan membutuhkan wkt yg lama utk beradaptasi kembali dg lingkungan baru. Biasanya proses adaptasi membutuhkan biaya cukup tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI 
Transportasi merupakan faktor yg harus dipertimbangkan dg cermat krn erat kaitannya dengan kelancaran berbagai proses dlm sebuah usaha peternakan. Jalur transportasi yg lancar akan sangat menunjang perkembangan usaha. Karena itu berbagai alternatif jalur transportasi perlu dipertimbangkan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas usaha peternakan. 

PASAR 
Satu-satunya kegiatan yg menghslkan dana adalah kegiatan pasar. Secara tradisional para peternak menjual sapi2nya dipasar2 terdekat. Usaha peternakan yg sudah berorientasi pasar, bisa saja hsl usaha peternakan dipasarkan dilokasi yg berjauhan dgn lokasi usaha, hal ini tetap didasarkan pd pertimbangan ekonomis.

PERKANDANGAN
FUNGSI KANDANG 
  1. Pelindung ternak dari gangguan cuaca seperti hujan, panas matahari, terpaan angin, maupun udara dingin. 
  2. Tempat beristirahat yg nyaman dan aman dari gangguan hewan pengganggu atau predator. 
  3. Sarana yg memudahkan penanganan ternak, terutama dlm pemberian pakan, minum, perawatan kesehatan dan kegiatan lain. 
  4. Penampung kotoran dan sisa2 pakan 
  5. Mengontrol ternak agar tidak merusak berbagai fasilitas yg tersebar diseluruh area peternakan
PERSYARATAN KANDANG 
  • Terbuat dari bahan2 berkualitas, tahan lama, tdk mudah rusak 
  • Untuk kandang koloni, luas kandang hrs sesuai dg jml sapi sehingga sapi bisa bergerak leluasa 
  • Biaya pembuatan tdk terlalu mahal 
  • Konstruksi lantai kandang dibuat dg kemiringan 5 – 10 ° sehingga tdk ada air yg menggenang. Bahan lantai kandang dibuat dari bhn yg tdk menyebabkan becek. 
  • Harus dibuat sistem sirkulasi udara yg memungkinkan lancarnya keluar masuk udara. 
  • Sinar matahari sebaiknya bisa masuk secara keseluruhan tanpa dihambat oleh pohon dan dinding kandang. 
  • Angin yg bertiup sebaiknya tdk menerpa ternak secara langsung 
  • Atap kandang dibuat dari bahan yg murah, awet, ringan dan mampu memberikan kehangatan pada malam hari.
TIPE KANDANG
A.KANDANG INDIVIDUAL 
- Diperuntukkan bagi 1 ekor sapi. 
- Ukuran disesuaikan dg ukuran sapi secara umum 
- Biasanya berukuran 2,5 x 1 m 
- Dibuat dg tujuan utk memacu pertumbuhan sapi agar lebih cepat krn di kandang ini sapi dibatasi ruang geraknya. 
- Sapi tdk mudah stres krn frekuensi kontak dg sapi lain sangat terbatas 
- Tdk terjadi perebutan pakan 
- Biaya relatif lebih mahal 

B.KANDANG KOLONI 
- Utk memelihara beberapa ekor sapi sekaligus 
- Pakan & minum diberikan secara kolektif 
- Kemungkinan mengalami stres lbh tinggi krn frekuensi kontak bdn secara langsung lebih tinggi 
- Biaya pembuatan kandang lebih rendah. 
- Kebutuhan luas kandang per ekor sapi agar bisa bergerak leluasa minimum 4 m² artinya jika sapi yg digemukkan berjumlah 20 ekor, luas kandang efektif minimum 80 m² 

PEMILIHAN SAPI BAKALAN
JENIS – JENIS SAPI POTONG 
Ada beberapa jenis sapi potong yg menyebar di Wilayah Indonesia, diantaranya ; Sapi Bali, Ongole, Peranakan Ongole, dan Sapi Madura. 

Perbandingan populasi sapi tsb di Indonesia adalah sbb: 
- Bali 2.632.125 ( 26,92% ) 
- Madura 1.131.375 ( 11,57% ) 
- Ongole 260.094 ( 2,66% ) 
- PO 773.165 ( 8,17% ) 
- Lainnya (impor) 4.979.830 ( 50.68% ) 

SAPI BALI 
Merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yg mempunyai potensi besar utk dikembangkan. Pada wkt kecil sapi Bali berwarna sawo matang atau merah bata yg merupakan ciri utama sapi-sapi keturunan Bos Sondaicus. Pada sapi Bali betina, warna itu bertahan sampai dewasa sedang pd jantan warnanya akan berubah menjadi kehitaman ketika dewasa. 
Keunggulan sapi Bali memiliki tingkat kesuburan tinggi, type pekerja yg baik, efisien dlm memanfaatkan sumber pakan, persentase karkas tinggi, daging rendah lemak, daya adaptasi thd lingkungan tinggi. Populasi terbesar di Pulau Bali.

SAPI MADURA 
Penampilan secara umum tdk berbeda dg sapi Bali. Sapi Madura berwarna merah bata baik jantan maupun betina. Perbedaan yg signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan punuk, sapi Bali tdk berpunuk. Populasi terbanyak terkonsentrasi di Pulau Madura. 

SAPI ONGOLE 
Sapi Ongole memiliki punuk, berwarna putih dan memiliki banyak lipatan kulit di bagian leher dan perutnya. 
Sapi ini keturunan Bos indicus dan berkembang bagus di Pulau Jawa.

SAPI PERANAKAN ONGOLE 
Sapi ini merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dg sapi Madura secara grading up ( keturunan hsl perkawinan itu dikawinkan kembali dg sapi Ongole ). Sapi ini merupakan salah satu bangsa sapi yg banyak dipelihara peternak kecil di P. Jawa memiliki warna putih dan berpunuk. 

SAPI FRISIAN HOLSTEIN ( FH ) 
Di beberapa sentra sapi perah spt Pengalengan dan Boyolali juga dikembangkan usaha penggemukan sapi potong dg sapi bakalan berupa sapi FH jantan. Sapi2 jantan ini agar bisa menghslkan nilai jual yg tinggi, para peternak sapi perah melakukan penggemukan sapi FH jantan sbg sapi potong

SUMBER SAPI BAKALAN 
Dalam sebuah usaha peternakan, pemilihan sapi bakalan merupakan langkah penting yg sangat menentukan keberhasilan usaha. Pengadaan sapi bakalan bisa diperoleh dari 2 sumber yaitu : 
a.Sapi Bakalan Lokal 
b.Sapi Bakalan Impor

SAPI BAKALAN LOKAL 
Ada beberapa jenis sapi lokal yg besar potensinya dan dpt digunakan sbg sapi bakalan, yaitu : 
1.Sapi Bali 
2.Sapi Madura 
3.Sapi Peranakan Ongole 
  • Dengan berat awal sapi 200 – 300 kg ( umur 1-2 th ) 
  • Sapi Bali dan Madura dg pertambahan bobot badan 0,5 – 1,0 kg / hari 
  • Sapi PO dg pertambahan bobot badan 0,4 – 0,8 kg / hari 
  • Sebaiknya sapi yg digemukkan hanyalah sapi2 jantan
SAPI BAKALAN IMPOR 
  • Sapi impor yg didatangkan dari Australia atau Selandia Baru pd umumnya jenis Brahman Cross ( Peranakan American Brahman / PAB ) atau Australian Commercial Cross ( ACC ). 
  • Pertambahan berat badan hariannya cukup tinggi ( 0,8 – 1,2 kg/hari ) 
  • Berat awal 300 – 350 kg dg umur 1-2 tahun 
  • Biasanya diimpor dengan rentang umur dan berat badan yg hampir seragam dan dalam jumlah yg cukup besar sehingga peternak akan mengalami kesulitan utk membeli secara eceran 
MENENTUKAN UMUR SAPI BAKALAN 
Penentuan umur sapi bakalan merupakan langkah penting dlm penggemukan sapi potong. 
  • Setelah umur 2th tulang sapi potong relatif tdk mengalami perubahan lagi, yg dominan adalah pertumbuhan jaringan otot ( daging ) 
  • Jaringan otot mengalami percepatan saat sapi dilahirkan sampai dewasa kelamin ( umur 2 – 2,5 th ) merupakan periode emas pertumbuhan sapi potong. 
  • Sapi bakalan yg akan digemukkan idealnya berumur 1-2 th agar menguntungkan secara ekonomis krn bisa tumbuh dg cepat serta efisien dlm pemberian dan pemanfaatan pakan 
  • Setelah melewati batas pertumbuhan otot, sapi akan mengalami pertumbuhan jaringan lemak, kualitas daging menurun krn kadar kolesterol dlm daging sudah meningkat. 
  • Penentuan umur sapi dilakukan dg pendugaan melihat beberapa bagian tubuh, yaitu : Gigi, Tanduk.
GIGI
Penentuan umur dengan melihat pertumbuhan gigi relatif lebih akurat dibandingkan dg metode pengamatan lingkar tanduk. Untuk diketahui sapi memiliki 4 pasang gigi seri yg posisinya simetris 
  • 15 hari : gigi seri susu sdh tumbuh kecuali gigi seri luar 
  • 1 bulan : gigi seri susu sdh tumbuh semua 
  • 6 bulan : gigi seri susu dlm terasah sebagian 
  • 10-12 bln : gigi seri susu dlm terasah seluruhnya 
  • 16-18 bln : gigi seri susu luar terasah seluruhnya 
  • 1,5-2 th : gigi seri susu dlm sdh berganti dg gigi tetap 
  • 2,5 th : gigi seri susu tengah dlm sdh berganti gigi tetap 
  • 3 th : gigi seri susu tengah luar sdh berganti gigi tetap 
  • 3,5 th : gigi seri susu luar sdh berganti dg gigi tetap
TANDUK
Penentuan umur sapi yg dilakukan dg melihat pertumbuhan tanduk merupakan cara yg mudah krn tanduk berada di bagian luar tubuh sapi, yaitu keberadaan cincin atau lingkar tanduk. 
  • Pada umur 2 bln, bagian bakal tanduk terlihat semakin menonjol. 
  • Pada umur 5-6 bln, tanduk mulai muncul dan semakin memanjang seiring bertambahnya umur sapi. 
  • Metode penentuan umur dg melihat lingkar tanduk hanya bisa dilakukan pd sapi betina krn asumsinya adalah umur kebuntingan. Rumusnya sbb : 
Umur sapi = ( 2 + jumlah lingkar tanduk ) tahun

MENENTUKAN JENIS KELAMIN
  • UU No. 614 Tahun 1936 menyebutkan larangan penyembelihan hewan ( sapi ) betina produktif. 
  • Pengenalan jenis kelamin secara fisik biasanya dilakukan dengan mengamati organ tubuh bagian belakang sapi potong khususnya celah antara kedua paha belakang. 
  • Sapi jantan dengan 2 testis yg terbungkus scrotum dan terlihat jelas melalui celah antara dua paha belakang. 
  • Sementara sapi betina tdk memiliki testis, menjelang dewasa kelamin terlihat adanya perkembangan ambing.
MELIHAT PENAMPILAN FISIK SAPI BAKALAN
Untuk sapi bakalan sebaiknya pilih yg sehat yg ditandai dg ciri2 sbb : 
1.Bulu licin dan mengkilap 
2.Selaput lendir pd gusi dan mulut berwarna merah muda cerah dan lidahnya mudah digerakkan. 
3.Kulit mudah dilipat dan jika dilepaskan segera kembali ke bentuk semula 
4.Hidungnya tidak kotor, basah dan tidak panas 
5.Suhu tubuhnya berkisar 39 – 40°C 
6.Sapi tampak bergairah, aktivitas makannya cukup baik dan cepat bereaksi thd gangguan 
7.Bila sedang beristirahat kemudian diganggu, akan cepat bangkit sbg reaksi atas gangguan tsb Sapi yg sehat juga bisa diihat dari bentuk kotoran atau fesesnya. 
8.Kotorannya padat 

MENAKSIR BERAT BADAN SAPI BAKALAN
Cara terbaik dan paling akurat utk menentukan berat ternak adalah dengan menimbang. 
  • Lingkar Dada ( LD ) biasanya diukur dg melingkarkan meteran kain pd bagian dada sapi tepat di bagian belakang kaki depan 
  • Panjang Badan ( PB ) diukur dari bahu sampai pangkal ekor 
  • Rumus Schrool 
Berat Badan = ( LD + 22 )² 
                               100 

Rumus Modifikasi 
Berat Badan = PB + LD² 
                         10.840 

Pendugaan berat badan dg metode di atas memiliki angka bias sebesar 5 – 10% 

ANEKA METODE PENGGEMUKAN SAPI POTONG
Berbagai metode penggemukan yg telah dikembangkan di seluruh dunia pd dasarnya dikembangkan dari pengetahuan ttg sistem pencernaan ternak ruminansia termasuk sapi. 
  • Sapi mampu mengkonsumsi jenis pakan berkualitas rendah ( kadar serat kasarnya tinggi ) dan mengubahnya menjadi daging yg merupakan bahan pangan berprotein tinggi. 
  • Di Indonesia pemeliharaan sapi potong biasanya dilakukan secara tradisional, sapi hanya diberi pakan seadanya tanpa memperhatikan jml dan kandungan zat gizi dlm pakan. 
  • Peternak tdk memperhatikan kebutuhan pakan sapi utk pertumbuhan yg optimal, akibatnya pertumbuhan berat badan sapi yg dipelihara tdk optimal.
  • Biasanya sapi hanya diberi pakan berupa rumput lapangan atau jerami padi, sehingga sapi hanya mampu menghslkan pertambahan berat badan harian (PBBH) dibawah 0,3 kg 
  • Dlm pemeliharaan spt ini faktor lama pemeliharaan juga tdk menjadi pertimbangan utama, krn tujuan pemeliharaan sapi pada umumnya hanya sbg simpanan, sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang dlm wkt cepat. 
  • Pada usaha peternakan sapi potong yg sdh memasuki skala semikomersial atau komersial, waktu pemeliharaan menjadi pertimbangan utama, krn berkaitan erat dg biaya yg hrs dikeluarkan. Agar wkt pemeliharaan relatif singkat, dicari alternatif metode pemberian pakan yg lebih efektif dan efisien.
PETERNAKAN SKALA SEMIKOMERSIAL 
  • Pada peternakan skala semikomersial tetap memberikan hijauan sbg pakan utama, tetapi ada tambahan pakan berupa konsentrat. 
  • Hijauan yg diberikanpun kualitas gizinya sdh cukup tinggi, spt rumput gajah atau benggala. 
  • Konsentrat yg diberikan bukanlah konsentrat yg sebenarnya, hanya berupa campuran ampas tahu dan dedak padi. Kedua bahan pakan tsb harganya relatif murah. 
  • Dengan pemberian bahan pakan tsb, pertumbuhan sapi diharapkan bisa dipacu lebih cepat dan wkt pemeliharaan bisa dipersingkat. 
PETERNAKAN SKALA KOMERSIAL 
  • Pada peternakan sapi potong skala komersial, pakan hijauan justru diberikan dlm jml terbatas, artinya pakan utamanya adalah konsentrat dengan kadar protein kasar sebesar 15 – 16% 
  • Rasio pakan hijauan dan konsentrat bisa 20 : 80, 25 : 75, 30 : 70 atau bahkan 0 : 100 ( full konsentrat). 
  • Pola pemberian pakan spt ini, laju pertambahan berat badan harian sapi potong bisa dipacu dg kisaran 0,6 – 1,2 kg / hari. 
  • Pertambahan berat badan ini juga tergantung pada kondisi wilayah, kadar zat gizi pakan dan faktor genetik masing2 sapi 
PENGGEMUKAN DI PADANG PENGGEMBALAAN
  • Metode penggemukan ini sangat ideal utk dilaksanakan dilokasi-lokasi yg jarang penduduknya. 
  • Sapi digemukkan dengan cara dilepas di suatu padang penggembalaan. 
  • Jenis rumput yg biasa ditanam adalah rumput kolonjono (Brachiaria mutica), rumput pangola (Brachiaria decumbens), rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis) dan rumput australia (Paspalum dilatatum) 
  • Untuk keseimbangan zat – zat gizi yg dikonsumsi , perlu juga ditanam jenis leguminosa spt turi (Sesbania grandiflora), petai cina (Leucaena glauca) dan lamtoro. 
Tanaman ini sbg sumber nitrogen yg bisa diubah menjadi protein dlm proses pencernaan.

Biasanya peternak melakukan pembatasan padang penggembalaan menjadi beberapa bagian. Pembatasan dilakukan dg kawat berduri atau dengan tanaman pagar yg tdk mudah dilalui oleh sapi. 

Padang penggembalaan tsb digunakan secara bergantian, setiap beberapa hari sekali sapi dipindahkan ke padang lain yg hijauannya sdh siap dikonsumsi. 

Ketika satu padang penggembalaan ditinggalkan oleh sapi2 yg digemukkan, peternak melakukan pemupukan dan perawatan tanaman di lokasi tsb. Sehingga tanaman hijauan tumbuh kembali sampai tiba giliran penggembalaan di tempat itu kembali. 

Dalam metode ini sapi2 sama sekali tdk diberi pakan tambahan berupa konsentrat, jadi hanya rumput dan leguminose yg tumbuh di padang tsb. 

Lama pemeliharaan sapi umumnya tdk didasarkan pd wkt tertentu, tapi lbh pd penilaian atau penampilan secara fisik, bila dilihat secara fisik sekelompok sapi sdh wktnya utk dijual, sapi2 tsb akan dijual, sisanya terus dipelihara sampai saatnya tiba utk dijual.

Keuntungan sistem penggembalaan sapi di padang penggembalaan adalah sbb. : 
  1. Tdk membutuhkan tenaga kerja yg banyak 
  2. Tdk butuh modal besar utk beli pakan, baik hijauan maupun konsentrat. 
  3. Tdk butuh dana investasi yg cukup besar utk membangun kandang, cukup membangun beberapa shelter utk tempat berteduh dan berlindung dari panas & hujan 
  4. Biaya produksi bisa ditekan serendah mungkin, biaya investasi yg dibutuhkan utk beli sapi bakalan dan pembebasan tanah. 
Kelemahan sistem penggembalaan sapi di padang penggembalaan adalah sbb. : 
  1. Kualitas sapi yg dibesarkan tdk seragam 
  2. Butuh lahan yg luas utk menjamin ketersediaan pakan dlm bentuk hijauan sepanjang tahun. 
  3. Perlu iklim dg curah hjn tinggi sehingga hijauan bisa tumbuh cepat setiap wkt. 
  4. Rawan pencurian bila tdk dijaga dan diawasi. 
  5. Butuh biaya utk sampai di pasar krn biasanya berlokasi di kaki gunung / jauh dari sarana transportasi 
  6. Tingkat produktivitas tdk bisa diperkirakan 
PENGGEMUKAN DRY LOT FATTENING
Pada sistem ini sapi2 dipelihara di kandang khusus dan tdk pernah digembalakan. Penggemukan dg metode ini dikenal sbg metode penggemukan dg biaya tinggi. 

Metode ini pd awalnya diterapkan di lahan2 pertanian jagung di AS yg produksi jagungnya melimpah, pakan sapi hanya dibatasi pd jagung . Namun skrg sapi2 juga diberi pakan hijauan dan konsentrat 

Seluruh bahan pakan tsb diberikan pd sapi dlm bentuk yg sdh siap dikonsumsi di kandangnya. 

Di negeri asalnya, metode ini biasanya dilakukan pd sekelompok sapi muda yg berumur 8 – 12 bln, dan dipelihara selama 120 – 150 hari 

Harapannya pd umur tsb sapi bisa tumbuh secara optimal dan dlm sistem ini berlaku sistem all in all out yg artinya sapi2 yg dipelihara masuk dan keluarnya bersama-sama.

Dalam metode ini sapi2 yg dipelihara cepat gemuk dan pertambahan berat badan hariannya cukup tinggi krn kegiatan sapi hanya makan, akibatnya sapi kurang bergerak dan terjadi penumpukan lemak yg akan menurunkan kualitas daging 

Karena itu sapi2 ini hanya digemukkan dlm 4 – 5 bulan utk menghindari penambahan lemak di beberapa bagian tubuh. 

Pemeliharaan yg singkat jg berkaitan dg efisiensi penggunaan pakan dan sapi2 yg sdh dewasa sangat sulit bertambah berat badannya.

PENGGEMUKAN SISTEM KOMBINASI
Penggemukan sistem ini merupakan kombinasi dari metode penggembalaan dan dry lot fattening. 

Sapi2 dipelihara di suatu kandang tertentu dan pd periode tertentu sapi2 tsb digembalakan di padang penggembalaan. 

Penggembalaan dilakukan saat musim hujan, yaitu saat hijauan tumbuh subur dan saat tdk tersedia pakan hijauan yg cukup, sapi2 diberi akan konsentrat. 

Saat ini metode kombinasi sdh jarang dilakukan krn biaya yg dibutuhkan sangat tinggi dibandingkan dg 2 metode yg dilakukan secara terpisah. 

Selain hrs berinvestasi pd pembuatan kandang, juga hrs membebaskan lahan dan menggaji para pekerja. 

PENGGEMUKAN SISTEM KEREMAN
  • Penggemukan sapi sistem kereman adalah metode penggemukan sapi ala Indonesia yg merupakan hsl modifikasi dari metode dry lot fattening. 
  • Beberapa kondisi sudah mengalami penyesuaian dg kondisi lokal, misalnya pakan konsentrat yg diberikan hanya 1 atau 2 jenis spt dedak padi atau ampas tahu. 
  • Sapi2 dipelihara dlm kandang sederhana dan hijauan siap konsumsi diberikan tiap hari 
  • Sapi dipelihara dlm wkt tdk lebih dari 6 bln dan sama sekali tdk pernah dikeluarkan dari kandang utk digembalakan 
  • Setelah melampaui masa pemeliharaan, sapi dijual di pasar dan sapi2 bakalan baru dimasukkan ke dlm kandang yg sebelumnya dibersihkan dari segala bentuk kotoran yg biasanya dijual sbg pupuk kandang. 
  • Di Indonesia penggemukan sapi potong dg metode kereman sdh banyak dilakukan dg berbagai penyesuaian tergantung kondisi lingkungan, 
  • di sentra produksi tahu, konsentrat yg digunakan adalah ampas tahu . di sentra padi, dedak padi digunakan sbg konsentrat. 
  • Sejauh ini metode kereman adalah metode yg paling cocok dikembangkan di Indonesia, terutama di P. Jawa