Tampilkan postingan dengan label Ternak Ruminansia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ternak Ruminansia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Oktober 2019

Panduan lengkap dan metode penggemukan sapi potong


Pembibitan SAPI POTONG
USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG MASIH TERBUKA LEBAR 
a.Indonesia Kaya Potensi yang Belum Tergali 
b.Bagaimana Indonesia Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Daging Susu dan daging sapi belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri 
c.Kondisi Peternakan Sapi Potong di Indonesia 
- Produktivitas Rendah 
- Populasi Rendah 
- Pasokan Sapi Bakalan Tidak Stabil 
- Pasokan Pakan Ternak Belum Mencukupi 
- Pengetahuan ttg Teknologi Peternakan Masih Rendah 
- Perkawiinan tidak terkontrol 
d. Harapan Indonesia pada Masa Datang 
- Dengan mengubah cara atau tindakan kita yaitu memanfaatkan apa yang sudah diberikan untuk kemakmuran Bangsa.

PEMILIHAN LOKASI
Kondisi Agroklimat 
Kondisi lingkungan yang ideal yang dibutuhkan sapi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal berdasarkan potensi genetisnya adalah sbb :
a.Suhu Lingkungan
Ketika baru lahir, sapi potong membutuhkan suhu lingkungan yang lebih rendah dibanding sapi dewasa. Suhu lingkungan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi potong di Indonesia adalah 17 – 27°C.
b.Arah Angin
Angin merupakan salah satu faktor pembawa penyakit, apabila tdk diwaspadai upaya memperoleh keuntungan bisa berantakan akibat ulah penyakit yg dibawa angin. 
Bila arah angin dominan dari barat ke timur, kandang harus dibangun membujur dari utara ke selatan
Dinding kandang dibangun 20 – 30 cm lebih tinggi dari tinggi sapi yg dipelihara
c.Curah Hujan 
Curah hujan secara langsung berkaitan erat dengan ketersediaan air dan suhu udara. Idealnya lokasi peternakan sapi potong memiliki curah hujan 800 – 1.500 mm/th. 
d.Arah Sinar Matahari 
Sinar matahari mampu membunuh berbagai bibit penyakit yg berbahaya bagi kelangsungan hidup ternak. Sebaiknya arah sinar matahari pagi harus masuk secara sempurna ke dlm kandang. 
e.Kelembaban 
Kelembaban udara 60 – 80% merupakan kelembaban ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi potong 
f.Topografi 
Topografi merupakan pertimbangan penting dlm penentuan lokasi usaha peternakan karena secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pd suhu, curah hujan, kelembaban dan arah angin

KETERSEDIAAN AIR
  • Air adalah kebutuhan mutlak bagi sebuah usaha peternakan sapi potong untuk tumbuh dan berkembang, memandikan ternak, membersihkan kandang serta untuk menyirami tanaman pakan ternak.
  • Air bisa diperoleh dari sungai, sumur pompa, mata air dan menampung air ketika hujan. Keberadaan sumber air berpengaruh thd biaya produksi.
  • Sebelum digunakan sebaiknya air dari berbagai sumber dianalisis kandungan zat kimia utk menghindari keberadaan unsur2 yg berbahaya bagi ternak
  • Kebutuhan air tiap ternak beragam, dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan, jenis & bangsa ternak, kondisi pakan (kering/basah), sehingga diharapkan bisa memasok air dlm jml tidak terbatas.
KETERSEDIAAN TENAGA KERJA 
  • Sapi potong yg dikelola sbg usaha peternakan profit oriented harus dikelola oleh org2 atau tenaga kerja yg cukup kompeten. Untuk itu perlu dipertimbangkan penggunaan kombinasi tenaga kerja dari sekitar lokasi usaha peternakan maupun dari tempat asal yg jauh. 
  • Apabila tenaga kerja hanya bersumber dari dekat lokasi usaha dikhawatirkan terjadi konspirasi antar para pekerja, sebaliknya bila diambil dari lokasi yg berjauhan dikhawatirkan terjadi arus mudik pd wkt2 tertentu, misalnya lebaran atau tahun baru.
KETERSEDIAAN BAHAN PAKAN DAN SAPI BAKALAN 
  • Sumber bahan pakan sebaiknya tidak terlalu jauh dari lokasi usaha mengingat bahan pakan selalu dibutuhkan setiap hari. Bila utk pengadaan bahan pakan diperlukan biaya transportasi, dikhawatirkan keuntungan yg bisa diperoleh bisa habis utk biaya transport. 
  • Sapi bakalan yg berasal dari tempat yang terlalu jauh akan mengalami stres akibat perjlnan jauh, akibatnya sapi bakalan membutuhkan wkt yg lama utk beradaptasi kembali dg lingkungan baru. Biasanya proses adaptasi membutuhkan biaya cukup tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI 
Transportasi merupakan faktor yg harus dipertimbangkan dg cermat krn erat kaitannya dengan kelancaran berbagai proses dlm sebuah usaha peternakan. Jalur transportasi yg lancar akan sangat menunjang perkembangan usaha. Karena itu berbagai alternatif jalur transportasi perlu dipertimbangkan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas usaha peternakan. 

PASAR 
Satu-satunya kegiatan yg menghslkan dana adalah kegiatan pasar. Secara tradisional para peternak menjual sapi2nya dipasar2 terdekat. Usaha peternakan yg sudah berorientasi pasar, bisa saja hsl usaha peternakan dipasarkan dilokasi yg berjauhan dgn lokasi usaha, hal ini tetap didasarkan pd pertimbangan ekonomis.

PERKANDANGAN
FUNGSI KANDANG 
  1. Pelindung ternak dari gangguan cuaca seperti hujan, panas matahari, terpaan angin, maupun udara dingin. 
  2. Tempat beristirahat yg nyaman dan aman dari gangguan hewan pengganggu atau predator. 
  3. Sarana yg memudahkan penanganan ternak, terutama dlm pemberian pakan, minum, perawatan kesehatan dan kegiatan lain. 
  4. Penampung kotoran dan sisa2 pakan 
  5. Mengontrol ternak agar tidak merusak berbagai fasilitas yg tersebar diseluruh area peternakan
PERSYARATAN KANDANG 
  • Terbuat dari bahan2 berkualitas, tahan lama, tdk mudah rusak 
  • Untuk kandang koloni, luas kandang hrs sesuai dg jml sapi sehingga sapi bisa bergerak leluasa 
  • Biaya pembuatan tdk terlalu mahal 
  • Konstruksi lantai kandang dibuat dg kemiringan 5 – 10 ° sehingga tdk ada air yg menggenang. Bahan lantai kandang dibuat dari bhn yg tdk menyebabkan becek. 
  • Harus dibuat sistem sirkulasi udara yg memungkinkan lancarnya keluar masuk udara. 
  • Sinar matahari sebaiknya bisa masuk secara keseluruhan tanpa dihambat oleh pohon dan dinding kandang. 
  • Angin yg bertiup sebaiknya tdk menerpa ternak secara langsung 
  • Atap kandang dibuat dari bahan yg murah, awet, ringan dan mampu memberikan kehangatan pada malam hari.
TIPE KANDANG
A.KANDANG INDIVIDUAL 
- Diperuntukkan bagi 1 ekor sapi. 
- Ukuran disesuaikan dg ukuran sapi secara umum 
- Biasanya berukuran 2,5 x 1 m 
- Dibuat dg tujuan utk memacu pertumbuhan sapi agar lebih cepat krn di kandang ini sapi dibatasi ruang geraknya. 
- Sapi tdk mudah stres krn frekuensi kontak dg sapi lain sangat terbatas 
- Tdk terjadi perebutan pakan 
- Biaya relatif lebih mahal 

B.KANDANG KOLONI 
- Utk memelihara beberapa ekor sapi sekaligus 
- Pakan & minum diberikan secara kolektif 
- Kemungkinan mengalami stres lbh tinggi krn frekuensi kontak bdn secara langsung lebih tinggi 
- Biaya pembuatan kandang lebih rendah. 
- Kebutuhan luas kandang per ekor sapi agar bisa bergerak leluasa minimum 4 m² artinya jika sapi yg digemukkan berjumlah 20 ekor, luas kandang efektif minimum 80 m² 

PEMILIHAN SAPI BAKALAN
JENIS – JENIS SAPI POTONG 
Ada beberapa jenis sapi potong yg menyebar di Wilayah Indonesia, diantaranya ; Sapi Bali, Ongole, Peranakan Ongole, dan Sapi Madura. 

Perbandingan populasi sapi tsb di Indonesia adalah sbb: 
- Bali 2.632.125 ( 26,92% ) 
- Madura 1.131.375 ( 11,57% ) 
- Ongole 260.094 ( 2,66% ) 
- PO 773.165 ( 8,17% ) 
- Lainnya (impor) 4.979.830 ( 50.68% ) 

SAPI BALI 
Merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yg mempunyai potensi besar utk dikembangkan. Pada wkt kecil sapi Bali berwarna sawo matang atau merah bata yg merupakan ciri utama sapi-sapi keturunan Bos Sondaicus. Pada sapi Bali betina, warna itu bertahan sampai dewasa sedang pd jantan warnanya akan berubah menjadi kehitaman ketika dewasa. 
Keunggulan sapi Bali memiliki tingkat kesuburan tinggi, type pekerja yg baik, efisien dlm memanfaatkan sumber pakan, persentase karkas tinggi, daging rendah lemak, daya adaptasi thd lingkungan tinggi. Populasi terbesar di Pulau Bali.

SAPI MADURA 
Penampilan secara umum tdk berbeda dg sapi Bali. Sapi Madura berwarna merah bata baik jantan maupun betina. Perbedaan yg signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan punuk, sapi Bali tdk berpunuk. Populasi terbanyak terkonsentrasi di Pulau Madura. 

SAPI ONGOLE 
Sapi Ongole memiliki punuk, berwarna putih dan memiliki banyak lipatan kulit di bagian leher dan perutnya. 
Sapi ini keturunan Bos indicus dan berkembang bagus di Pulau Jawa.

SAPI PERANAKAN ONGOLE 
Sapi ini merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dg sapi Madura secara grading up ( keturunan hsl perkawinan itu dikawinkan kembali dg sapi Ongole ). Sapi ini merupakan salah satu bangsa sapi yg banyak dipelihara peternak kecil di P. Jawa memiliki warna putih dan berpunuk. 

SAPI FRISIAN HOLSTEIN ( FH ) 
Di beberapa sentra sapi perah spt Pengalengan dan Boyolali juga dikembangkan usaha penggemukan sapi potong dg sapi bakalan berupa sapi FH jantan. Sapi2 jantan ini agar bisa menghslkan nilai jual yg tinggi, para peternak sapi perah melakukan penggemukan sapi FH jantan sbg sapi potong

SUMBER SAPI BAKALAN 
Dalam sebuah usaha peternakan, pemilihan sapi bakalan merupakan langkah penting yg sangat menentukan keberhasilan usaha. Pengadaan sapi bakalan bisa diperoleh dari 2 sumber yaitu : 
a.Sapi Bakalan Lokal 
b.Sapi Bakalan Impor

SAPI BAKALAN LOKAL 
Ada beberapa jenis sapi lokal yg besar potensinya dan dpt digunakan sbg sapi bakalan, yaitu : 
1.Sapi Bali 
2.Sapi Madura 
3.Sapi Peranakan Ongole 
  • Dengan berat awal sapi 200 – 300 kg ( umur 1-2 th ) 
  • Sapi Bali dan Madura dg pertambahan bobot badan 0,5 – 1,0 kg / hari 
  • Sapi PO dg pertambahan bobot badan 0,4 – 0,8 kg / hari 
  • Sebaiknya sapi yg digemukkan hanyalah sapi2 jantan
SAPI BAKALAN IMPOR 
  • Sapi impor yg didatangkan dari Australia atau Selandia Baru pd umumnya jenis Brahman Cross ( Peranakan American Brahman / PAB ) atau Australian Commercial Cross ( ACC ). 
  • Pertambahan berat badan hariannya cukup tinggi ( 0,8 – 1,2 kg/hari ) 
  • Berat awal 300 – 350 kg dg umur 1-2 tahun 
  • Biasanya diimpor dengan rentang umur dan berat badan yg hampir seragam dan dalam jumlah yg cukup besar sehingga peternak akan mengalami kesulitan utk membeli secara eceran 
MENENTUKAN UMUR SAPI BAKALAN 
Penentuan umur sapi bakalan merupakan langkah penting dlm penggemukan sapi potong. 
  • Setelah umur 2th tulang sapi potong relatif tdk mengalami perubahan lagi, yg dominan adalah pertumbuhan jaringan otot ( daging ) 
  • Jaringan otot mengalami percepatan saat sapi dilahirkan sampai dewasa kelamin ( umur 2 – 2,5 th ) merupakan periode emas pertumbuhan sapi potong. 
  • Sapi bakalan yg akan digemukkan idealnya berumur 1-2 th agar menguntungkan secara ekonomis krn bisa tumbuh dg cepat serta efisien dlm pemberian dan pemanfaatan pakan 
  • Setelah melewati batas pertumbuhan otot, sapi akan mengalami pertumbuhan jaringan lemak, kualitas daging menurun krn kadar kolesterol dlm daging sudah meningkat. 
  • Penentuan umur sapi dilakukan dg pendugaan melihat beberapa bagian tubuh, yaitu : Gigi, Tanduk.
GIGI
Penentuan umur dengan melihat pertumbuhan gigi relatif lebih akurat dibandingkan dg metode pengamatan lingkar tanduk. Untuk diketahui sapi memiliki 4 pasang gigi seri yg posisinya simetris 
  • 15 hari : gigi seri susu sdh tumbuh kecuali gigi seri luar 
  • 1 bulan : gigi seri susu sdh tumbuh semua 
  • 6 bulan : gigi seri susu dlm terasah sebagian 
  • 10-12 bln : gigi seri susu dlm terasah seluruhnya 
  • 16-18 bln : gigi seri susu luar terasah seluruhnya 
  • 1,5-2 th : gigi seri susu dlm sdh berganti dg gigi tetap 
  • 2,5 th : gigi seri susu tengah dlm sdh berganti gigi tetap 
  • 3 th : gigi seri susu tengah luar sdh berganti gigi tetap 
  • 3,5 th : gigi seri susu luar sdh berganti dg gigi tetap
TANDUK
Penentuan umur sapi yg dilakukan dg melihat pertumbuhan tanduk merupakan cara yg mudah krn tanduk berada di bagian luar tubuh sapi, yaitu keberadaan cincin atau lingkar tanduk. 
  • Pada umur 2 bln, bagian bakal tanduk terlihat semakin menonjol. 
  • Pada umur 5-6 bln, tanduk mulai muncul dan semakin memanjang seiring bertambahnya umur sapi. 
  • Metode penentuan umur dg melihat lingkar tanduk hanya bisa dilakukan pd sapi betina krn asumsinya adalah umur kebuntingan. Rumusnya sbb : 
Umur sapi = ( 2 + jumlah lingkar tanduk ) tahun

MENENTUKAN JENIS KELAMIN
  • UU No. 614 Tahun 1936 menyebutkan larangan penyembelihan hewan ( sapi ) betina produktif. 
  • Pengenalan jenis kelamin secara fisik biasanya dilakukan dengan mengamati organ tubuh bagian belakang sapi potong khususnya celah antara kedua paha belakang. 
  • Sapi jantan dengan 2 testis yg terbungkus scrotum dan terlihat jelas melalui celah antara dua paha belakang. 
  • Sementara sapi betina tdk memiliki testis, menjelang dewasa kelamin terlihat adanya perkembangan ambing.
MELIHAT PENAMPILAN FISIK SAPI BAKALAN
Untuk sapi bakalan sebaiknya pilih yg sehat yg ditandai dg ciri2 sbb : 
1.Bulu licin dan mengkilap 
2.Selaput lendir pd gusi dan mulut berwarna merah muda cerah dan lidahnya mudah digerakkan. 
3.Kulit mudah dilipat dan jika dilepaskan segera kembali ke bentuk semula 
4.Hidungnya tidak kotor, basah dan tidak panas 
5.Suhu tubuhnya berkisar 39 – 40°C 
6.Sapi tampak bergairah, aktivitas makannya cukup baik dan cepat bereaksi thd gangguan 
7.Bila sedang beristirahat kemudian diganggu, akan cepat bangkit sbg reaksi atas gangguan tsb Sapi yg sehat juga bisa diihat dari bentuk kotoran atau fesesnya. 
8.Kotorannya padat 

MENAKSIR BERAT BADAN SAPI BAKALAN
Cara terbaik dan paling akurat utk menentukan berat ternak adalah dengan menimbang. 
  • Lingkar Dada ( LD ) biasanya diukur dg melingkarkan meteran kain pd bagian dada sapi tepat di bagian belakang kaki depan 
  • Panjang Badan ( PB ) diukur dari bahu sampai pangkal ekor 
  • Rumus Schrool 
Berat Badan = ( LD + 22 )² 
                               100 

Rumus Modifikasi 
Berat Badan = PB + LD² 
                         10.840 

Pendugaan berat badan dg metode di atas memiliki angka bias sebesar 5 – 10% 

ANEKA METODE PENGGEMUKAN SAPI POTONG
Berbagai metode penggemukan yg telah dikembangkan di seluruh dunia pd dasarnya dikembangkan dari pengetahuan ttg sistem pencernaan ternak ruminansia termasuk sapi. 
  • Sapi mampu mengkonsumsi jenis pakan berkualitas rendah ( kadar serat kasarnya tinggi ) dan mengubahnya menjadi daging yg merupakan bahan pangan berprotein tinggi. 
  • Di Indonesia pemeliharaan sapi potong biasanya dilakukan secara tradisional, sapi hanya diberi pakan seadanya tanpa memperhatikan jml dan kandungan zat gizi dlm pakan. 
  • Peternak tdk memperhatikan kebutuhan pakan sapi utk pertumbuhan yg optimal, akibatnya pertumbuhan berat badan sapi yg dipelihara tdk optimal.
  • Biasanya sapi hanya diberi pakan berupa rumput lapangan atau jerami padi, sehingga sapi hanya mampu menghslkan pertambahan berat badan harian (PBBH) dibawah 0,3 kg 
  • Dlm pemeliharaan spt ini faktor lama pemeliharaan juga tdk menjadi pertimbangan utama, krn tujuan pemeliharaan sapi pada umumnya hanya sbg simpanan, sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang dlm wkt cepat. 
  • Pada usaha peternakan sapi potong yg sdh memasuki skala semikomersial atau komersial, waktu pemeliharaan menjadi pertimbangan utama, krn berkaitan erat dg biaya yg hrs dikeluarkan. Agar wkt pemeliharaan relatif singkat, dicari alternatif metode pemberian pakan yg lebih efektif dan efisien.
PETERNAKAN SKALA SEMIKOMERSIAL 
  • Pada peternakan skala semikomersial tetap memberikan hijauan sbg pakan utama, tetapi ada tambahan pakan berupa konsentrat. 
  • Hijauan yg diberikanpun kualitas gizinya sdh cukup tinggi, spt rumput gajah atau benggala. 
  • Konsentrat yg diberikan bukanlah konsentrat yg sebenarnya, hanya berupa campuran ampas tahu dan dedak padi. Kedua bahan pakan tsb harganya relatif murah. 
  • Dengan pemberian bahan pakan tsb, pertumbuhan sapi diharapkan bisa dipacu lebih cepat dan wkt pemeliharaan bisa dipersingkat. 
PETERNAKAN SKALA KOMERSIAL 
  • Pada peternakan sapi potong skala komersial, pakan hijauan justru diberikan dlm jml terbatas, artinya pakan utamanya adalah konsentrat dengan kadar protein kasar sebesar 15 – 16% 
  • Rasio pakan hijauan dan konsentrat bisa 20 : 80, 25 : 75, 30 : 70 atau bahkan 0 : 100 ( full konsentrat). 
  • Pola pemberian pakan spt ini, laju pertambahan berat badan harian sapi potong bisa dipacu dg kisaran 0,6 – 1,2 kg / hari. 
  • Pertambahan berat badan ini juga tergantung pada kondisi wilayah, kadar zat gizi pakan dan faktor genetik masing2 sapi 
PENGGEMUKAN DI PADANG PENGGEMBALAAN
  • Metode penggemukan ini sangat ideal utk dilaksanakan dilokasi-lokasi yg jarang penduduknya. 
  • Sapi digemukkan dengan cara dilepas di suatu padang penggembalaan. 
  • Jenis rumput yg biasa ditanam adalah rumput kolonjono (Brachiaria mutica), rumput pangola (Brachiaria decumbens), rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis) dan rumput australia (Paspalum dilatatum) 
  • Untuk keseimbangan zat – zat gizi yg dikonsumsi , perlu juga ditanam jenis leguminosa spt turi (Sesbania grandiflora), petai cina (Leucaena glauca) dan lamtoro. 
Tanaman ini sbg sumber nitrogen yg bisa diubah menjadi protein dlm proses pencernaan.

Biasanya peternak melakukan pembatasan padang penggembalaan menjadi beberapa bagian. Pembatasan dilakukan dg kawat berduri atau dengan tanaman pagar yg tdk mudah dilalui oleh sapi. 

Padang penggembalaan tsb digunakan secara bergantian, setiap beberapa hari sekali sapi dipindahkan ke padang lain yg hijauannya sdh siap dikonsumsi. 

Ketika satu padang penggembalaan ditinggalkan oleh sapi2 yg digemukkan, peternak melakukan pemupukan dan perawatan tanaman di lokasi tsb. Sehingga tanaman hijauan tumbuh kembali sampai tiba giliran penggembalaan di tempat itu kembali. 

Dalam metode ini sapi2 sama sekali tdk diberi pakan tambahan berupa konsentrat, jadi hanya rumput dan leguminose yg tumbuh di padang tsb. 

Lama pemeliharaan sapi umumnya tdk didasarkan pd wkt tertentu, tapi lbh pd penilaian atau penampilan secara fisik, bila dilihat secara fisik sekelompok sapi sdh wktnya utk dijual, sapi2 tsb akan dijual, sisanya terus dipelihara sampai saatnya tiba utk dijual.

Keuntungan sistem penggembalaan sapi di padang penggembalaan adalah sbb. : 
  1. Tdk membutuhkan tenaga kerja yg banyak 
  2. Tdk butuh modal besar utk beli pakan, baik hijauan maupun konsentrat. 
  3. Tdk butuh dana investasi yg cukup besar utk membangun kandang, cukup membangun beberapa shelter utk tempat berteduh dan berlindung dari panas & hujan 
  4. Biaya produksi bisa ditekan serendah mungkin, biaya investasi yg dibutuhkan utk beli sapi bakalan dan pembebasan tanah. 
Kelemahan sistem penggembalaan sapi di padang penggembalaan adalah sbb. : 
  1. Kualitas sapi yg dibesarkan tdk seragam 
  2. Butuh lahan yg luas utk menjamin ketersediaan pakan dlm bentuk hijauan sepanjang tahun. 
  3. Perlu iklim dg curah hjn tinggi sehingga hijauan bisa tumbuh cepat setiap wkt. 
  4. Rawan pencurian bila tdk dijaga dan diawasi. 
  5. Butuh biaya utk sampai di pasar krn biasanya berlokasi di kaki gunung / jauh dari sarana transportasi 
  6. Tingkat produktivitas tdk bisa diperkirakan 
PENGGEMUKAN DRY LOT FATTENING
Pada sistem ini sapi2 dipelihara di kandang khusus dan tdk pernah digembalakan. Penggemukan dg metode ini dikenal sbg metode penggemukan dg biaya tinggi. 

Metode ini pd awalnya diterapkan di lahan2 pertanian jagung di AS yg produksi jagungnya melimpah, pakan sapi hanya dibatasi pd jagung . Namun skrg sapi2 juga diberi pakan hijauan dan konsentrat 

Seluruh bahan pakan tsb diberikan pd sapi dlm bentuk yg sdh siap dikonsumsi di kandangnya. 

Di negeri asalnya, metode ini biasanya dilakukan pd sekelompok sapi muda yg berumur 8 – 12 bln, dan dipelihara selama 120 – 150 hari 

Harapannya pd umur tsb sapi bisa tumbuh secara optimal dan dlm sistem ini berlaku sistem all in all out yg artinya sapi2 yg dipelihara masuk dan keluarnya bersama-sama.

Dalam metode ini sapi2 yg dipelihara cepat gemuk dan pertambahan berat badan hariannya cukup tinggi krn kegiatan sapi hanya makan, akibatnya sapi kurang bergerak dan terjadi penumpukan lemak yg akan menurunkan kualitas daging 

Karena itu sapi2 ini hanya digemukkan dlm 4 – 5 bulan utk menghindari penambahan lemak di beberapa bagian tubuh. 

Pemeliharaan yg singkat jg berkaitan dg efisiensi penggunaan pakan dan sapi2 yg sdh dewasa sangat sulit bertambah berat badannya.

PENGGEMUKAN SISTEM KOMBINASI
Penggemukan sistem ini merupakan kombinasi dari metode penggembalaan dan dry lot fattening. 

Sapi2 dipelihara di suatu kandang tertentu dan pd periode tertentu sapi2 tsb digembalakan di padang penggembalaan. 

Penggembalaan dilakukan saat musim hujan, yaitu saat hijauan tumbuh subur dan saat tdk tersedia pakan hijauan yg cukup, sapi2 diberi akan konsentrat. 

Saat ini metode kombinasi sdh jarang dilakukan krn biaya yg dibutuhkan sangat tinggi dibandingkan dg 2 metode yg dilakukan secara terpisah. 

Selain hrs berinvestasi pd pembuatan kandang, juga hrs membebaskan lahan dan menggaji para pekerja. 

PENGGEMUKAN SISTEM KEREMAN
  • Penggemukan sapi sistem kereman adalah metode penggemukan sapi ala Indonesia yg merupakan hsl modifikasi dari metode dry lot fattening. 
  • Beberapa kondisi sudah mengalami penyesuaian dg kondisi lokal, misalnya pakan konsentrat yg diberikan hanya 1 atau 2 jenis spt dedak padi atau ampas tahu. 
  • Sapi2 dipelihara dlm kandang sederhana dan hijauan siap konsumsi diberikan tiap hari 
  • Sapi dipelihara dlm wkt tdk lebih dari 6 bln dan sama sekali tdk pernah dikeluarkan dari kandang utk digembalakan 
  • Setelah melampaui masa pemeliharaan, sapi dijual di pasar dan sapi2 bakalan baru dimasukkan ke dlm kandang yg sebelumnya dibersihkan dari segala bentuk kotoran yg biasanya dijual sbg pupuk kandang. 
  • Di Indonesia penggemukan sapi potong dg metode kereman sdh banyak dilakukan dg berbagai penyesuaian tergantung kondisi lingkungan, 
  • di sentra produksi tahu, konsentrat yg digunakan adalah ampas tahu . di sentra padi, dedak padi digunakan sbg konsentrat. 
  • Sejauh ini metode kereman adalah metode yg paling cocok dikembangkan di Indonesia, terutama di P. Jawa

Selasa, 14 Februari 2017

MODEL PENANGKARAN RUSA Lengkap dari pemeliharaan sampai pemindahan



MODEL PENANGKARAN RUSA
Pemilihan Lokasi 
Lokasi penangkaran harus berada pada tempat yang tenang, aman dari gangguan predator, mudah dicapai, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, tersedia air sepanjang tahun dan permukaan tanahnya jangan berbatu, akan lebih baik bila di sekitarnya terdapat lapangan perumputan. Topografi rata sampai bergelombang ringan, luas lahan minimal 1 ha atau sesuai kebutuhan, tersedia pohon-pohon peneduh atau semak-semak. 

Model Kandang 
Pengelolaan rusa melalui penangkaran atau budidaya tidak terlalu sulit, sistem pemeliharaan dapat menggunakan beberapa model kandang. Bila lahan terbatas dapat digunakan kandang yang menyerupai kandang kambing, dengan model kandang panggung, ukuran kandang untuk satu individu 1,5 x 2 m. Dinding dan lantai dapat menggunakan bahan dari bambu dan atap dari alang-alang (Gambar 2). Sistem pemeliharaan dengan model kandang panggung biasanya digunakan untuk 
penangkaran/budidaya skala kecil (2 pasang). Bila lahan, dana, dan tenaga memungkinkan penangkaran dapat menggunakan sistem ranch (Gambar 3), yaitu rusa dilepas dalam areal terbuka yang sekelilingnya dipagari, luas areal tergantung ketersediaan lahan; idealnya untuk 10 individu rusa dibutuhkan 1 ha. 
Gambar 2. Sistem kandang panggung 

Gambar 3. Sistem ranch

Di dalam ranch harus terdapat tempat bernaung, baik secara alami berupa pohon dan semak maupun naungan buatan seperti selter yang atapnya dapat terbuat dari injuk, alang-alang atau pun seng. Dengan luasan tersebut biasanya rusa tetap harus diberi rumput dari luar dan pakan tambahan terutama pada musim kemarau. Bila dalam ranch ketersediaan pakan cukup, rusa tidak usah diberi rumput dari luar tetapi pakan tambahan berupa konsentrat seperti jagung dan dedak tetap harus diberikan. Untuk mencukupi kebutuhan pakan pada musim kemarau harus dibuat kebun rumput dengan jenis rumput yang unggul dan dipanen secara bergiliran (rotasi). 

Selain kandang pemeliharaan di dalam penangkaran dibutuhkan juga kandang lain yang biasa disebut yard. Dinding yard ter-buat dari bahan berupa papan yang tertutup rapat, atap terbuat dari seng atau alang-alang, dan lantai dari semen. Kandang ini berbentuk lonjong yang digunakan untuk perawatan rusa sudah benar sebagai tempat bagi rusa yang sedang bunting atau melahirkan, dan dapat juga digunakan sebagai kandang adaptasi (Gambar 4). 

Bangunan Peneduh/Selter
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh karena mempunyai atap dan dinding, dengan maksud untuk menghindari terpaan air hujan. Bangunan ini sangat diperlukan dalam penangkaran rusa sistem ranch, apalagi bila di dalam ranchtersebut vegetasi pohonnya tidak rapat atau jarang. Atap bangunan peneduh dapat menggunakan alang-alang/rumbia atau seng. Sarana dan pra-sarana lain yang harus diperhatikan dalam suatu penangkaran yaitu : 
1. Pagar 
Pagar dibuat mengelilingi areal penangkaran, dengan bahan yang terdiri dari tiang pagar (besi siku, beton, atau pagar hidup) dan kawat (harmonika/ram, dan kawat duri). Tinggi tiang pagar minimum 2,5 m dari permukaan tanah, ditanam 50-75 cm dengan pondasi beton dan ujung bagian atas dibengkokkan sepanjang 0,5 m dan diberi kawat duri sebanyak 3-4 baris. Jarak antar tiang pagar maksimal 2,0 m. Selain itu, tiang pagar yang berasal dari pohon hidup, ditanam di sekitar pagar setinggi 2,5 m dari permukaan tanah dengan diameter batang minimum 10 cm dan ditanam 50-75 cm. Pohon hidup tersebut ditanam di antara tiang besi siku, untuk membantu penguatan pagar. 

2. Areal Pengembangan Pakan 
Areal pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan satwa sangat tergantung oleh pakan. Luas lahan yang dibutuhkan untuk memelihara/menangkarkan rusa sebanyak 11 ekor adalah ± 0,3 ha. Kebutuhan lahan ini didekati dengan cara mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor rusa dewasa dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha. Sementara 1 ha areal penanaman pakan yang apabila dikelola secara intensif dan berada pada daerah basah dengan irigasi yang baik, akan menghasilkan 270.000 kg/ha/tahun (Reksohadiprodjo, 1982). Sedang-kan untuk daerah kering biasanya produksi rumputnya hanya setengahnya. Areal pengembangan pakan harus dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan. Gambar 4. Yard (kandang isolasi dan adaptasi) 

3. Tempat Makan 
Makanan yang diberikan pada rusa berupa hijauan segar dan makanan tambahan yakni dedak. Tempat makan yang digunakan berbentuk palungan berukuran panjang 1,5-2,0 m dan lebar 0,5 m atau dapat pula berbentuk bulat segi 6 berukuran diameter 50-75 cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bahan yang digunakan untuk membuat tempat makan ini terdiri dari papan, kayu, atau seng polos/licin. Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan diusahakan setiap kandang terdapat 1 buah tempat makan. 

4. Tempat Minum 
Rusa memerlukan air untuk minum dan berkubang. Oleh karena itu, air terse-but sebaiknya selalu bersih dan sering diganti. Pada musim kawin, rusa jantan sangat menyenangi air sebagai tempat berkubang sambil meraung-raung dan mengejar betina. Tempat minum yang digunakan berbentuk bak tembok persegi panjang berukuran 1,0 x 0,5 x 30,0 cm yang dibenamkan ke dalam tanah atau berbentuk kolam dilengkapi dengan pembuangan. Bentuk ini dapat menghindari rusa jantan yang sering menanduk terutama apabila memasuki musim kawin. Letak tempat minum bisa di tengah atau di sudut kandang dan setiap kandang diusahakan terdapat 1 tempat minum. 

5. Jalan Kontrol 
Jalan kontrol berfungsi untuk pengontrolan dan pemberian pakan. Lebar jalan kontrol adalah 1,5-2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggir kandang. 

6. Saluran Air 
Air diperlukan untuk mengairi pakan, pemeliharaan kandang, dan rusa. Suatu penangkaran sebaiknya mempunyai bak penampung dan menara air lengkap dengan generator. 

7. Gudang dan Peralatan 
Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan penang-karan, pemeliharaan pakan (alat pertanian), pakan, dan obat-obatan. 

TEKNIK PEMELIHARAAN 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangkaran rusa antara lain penge-lompokan rusa, penyapihan anak, kesehatan, dan penandaan/pemberian nomor/ tagging.
A. Pengelompokan Rusa 
Pemeliharaan rusa harus dikelompokkan berdasarkan status fisiologi yakni jantan dan betina yang telah siap kawin, jantan yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang sedang bunting, betina yang melahirkan, dan rusa yang sakit. Pengelompokan rusa bermanfaat untuk memudahkan dalam pemberian pakan sesuai kebutuhan, memudahkan dalam pengaturan perkawinan, menjaga pejantan agar tidak mengganggu rusa yang lain, keamanan bagi induk yang bunting dalam proses kelahiran, ketenangan bagi induk yang menyusui dalam merawat anak, menghindari perkawinan sebelum waktunya,memperoleh kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan memudahkan penanganan bagi rusa yang sakit. 

B. Penyapihan Rusa 
Penyapihan anak rusa juga perlu diperhatikan yaitu di mana induk betina harus bersatu dengan anak sampai berumur 4 bulan, agar anak rusa mendapat air susu lebih banyak. Penyapihan sebelum berumur 4 bulan, misalnya ditinggal mati oleh induk, diperlukan penambahan air susu dari luar dengan menggunakan dot atau sendok. Setelah disapih, pemeliharaan tetap terpisah antara jantan dan betina untuk menghindari kemungkinan terjadi perkawinan lebih awal. 

C. Kesehatan 
Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius agar produktivitas rusa semakin meningkat. Berdasarkan pengalaman, kematian dalam penangkaran lebih banyak terjadi pada musim hujan yakni pada anak rusa (27 %) dan rusa dewasa (9%). Penyakit yang sering menyerang pada musim hujan adalah pneumonia (radang paru-paru) sebagai akibat kandang yang becek dan lembab. Sedangkan kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor makanan, lingkungan, dan stressakibat penanganan. 

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi lingkungan kandang, pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis. 

D. Penandaan (Tagging) 
Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran. Penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih. Tujuan penandaan atau pemberian nomor adalah untuk mengetahui sil-silah (pedigree), umur, memudahkan dalam pengontrolan, memudahkan dalam pengenalan individu, dan untuk memudahkan pengaturan perkawinan. 

Cara pemberian nomor pada rusa dilakukan dengan cara nomor ditulis pada potongan plastik yang tebal atau papan dengan menggunakan paku/kawat agar tidak mudah hilang. Kemudian potongan tersebut digunting/dipotong, dan di-gantung pada leher rusa dengan menggunakan tali tambang berdiameter 5 mm lalu dimasukkan ke dalam selang berukuran 2 dim. Penulisan nomor menggunakan 4-5 angka. Angka pertama menunjukkan tahun kelahiran; angka kedua dan ketiga adalah bulan kelahiran; angka keempat menunjukkan nomor induk (angka akhir saja); dan angka kelima merupakan nomor urut anak. Contoh nomor 3223, yaitu 3 menunjukkan rusa lahir pada tahun 2003; 2 menandakan bulan Pebruari; 2 menandakan induk yang melahirkan mempunyai nomor berakhiran 2; dan 3 berarti induk tersebut telah melahirkan sebanyak 3 kali. 

E. Pemeliharaan Kebun Pakan 
Pemeliharaan pakan harus sering dilakukan agar memperoleh pakan yang baik dan selalu tersedia secara kontinyu sepanjang musim, dengan cara pembersihan, pengolahan tanah, pemupukan, pendangiran, dan penyiraman. Pembersihan rumput liar dan pendangiran dilakukan 3 bulan sekali sedangkan pengolahan tanah dan pemupukan dilakukan 1 tahun sekali. 

F. Teknik Pemberian Pakan 
Pemberian pakan segar (hijauan) pada rusa didasarkan pada bobot badan rusa, dengan perhitungan 10 % x bobot badan x 2. Maksud dikalikan 2 yakni diperhitungkan dengan jumlah hijauan yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi, kotor karena terinjak-injak, dan telah bercampur dengan urine/faeces. 
Contoh : bila bobot badan seekor rusa dewasa 50 kg akan membutuhkan pakan segar sebanyak 10% x 50 kg x 2 = 10 kg/hari. Pemberian pakan selalu disertai dengan pemberian garam sebagai perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi kebutuhan mineral. Pemberian pakan dilakukan dengan cara pengaritan di mana hijauan dipotong lalu diberikan pada rusa dalam kandang, baik musim hujan maupun musim kemarau. Namun hal ini tergantung pada sistem penangkaran yang digunakan. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali dalam sehari (pagi, siang, dan sore) sedangkan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi diberikan 3 kali dalam seminggu, sebanyak 0,5 kg/ekor. 

TEKNIK PEMINDAHAN 
A. Penangkapan Rusa 
Cara menangkap rusa agar tidak menimbulkan cedera pada petugas dan rusa itu sendiri, antara lain dengan menjepit leher dengan tangan kanan, ke dua mata ditutup menggunakan tangan kiri agar dapat mengurangi stress; sementara petugas lainnya memegang kedua pangkal paha dari arah samping. Penangkapan ini membutuhkan tenaga 2-3 orang dan pada rusa jantan yang mempunyai tanduk kokoh atau sempurna, harus mendapat perhatian yang lebih serius karena sangat galak dan liar. 

B. Pengangkutan Rusa 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan rusa adalah apabila jarak pengangkutan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama, sebaiknya menggunakan peti/kandang berbentuk persegi empat. Satu buah peti/kandang berukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 m, berisi 1 ekor rusa. Peti/kandang terbuat dari kayu/ papan/triplek yang tertutup rapat agar rusa tidak stress tetapi harus mempunyai lubang udara. Pembuatan peti/kandang diusahakan agar rusa dapat berdiri tegak. 

Selama dalam perjalanan, rusa harus diberi makan dan minum, bila memungkinkan diberi obat anti stress. Selain itu pengangkutan rusa dapat juga mengguna-kan bius dengan dosis yang sesuai dengan ketentuan. Sebaiknya pengangkutan rusa dilakukan pada sore atau malam hari, agar rusa tidak kepanasan.

Rabu, 08 Februari 2017

Pengertian Inseminasi Buatan (IB) beserta mendeteksi birahi pada sapi betina




Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.

Tujuan Inseminasi Buatan
  1. Memperbaiki mutu genetika ternak;
  2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
  3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
  4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
  5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin. 

Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
  • Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
  • Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
  • Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
  • Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
  • Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
  • Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
  • Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).

Pelayanan Petugas Inseminasi Buatan
Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIM) dengan sistem aktif, pasif dan semi-aktif.

Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja. 

Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut:
  1. Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartu catatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
  2. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama (kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang baru di Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan
  3. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang "repeat breeder" (sapi yang telah di Inseminasi Buatan (IB) lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi. 
Tugas pokok inseminator adalah:
  • Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat waktu
  • Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya
  • Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB);
  • Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak;
  • Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB
Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat suatu sistem pelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di Indonesia. Setiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh karena itulah buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan.

Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak sedang birahi, petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik lagi. Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7 - 18 bulan, atau dengan berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari:
  • Jenis / bangsa sapi;
  • Gizi, Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;
  • Cuaca, Di daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat / muda
  • Penyakit, Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila menyerang alat kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih lambat dicapai.
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang antara 17-24 hari.
Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan:
  • Sebelum dewasa kelamin;
  • Selama kebuntingan;
  • Masa post-partum. 

Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya pada sapi dapat ditemui di bawah ini :
  1. EstrusPada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.
  2. ProestrusWaktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.
  3. MetaestrusWaktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan / pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari.
  4. DiestrusWaktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron.
Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan badan kuning, yaitu 13 hari. Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning) Corpus luteum ini dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi karena ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan).
Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu:
  • Sebelum ovulasi: hormon estrogen;
  • Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron Hormon-hormon ini mengontrol (beri jarak) kejadian siklus birahi di dalam ovarium.
Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)Pemeriksaan Awal
Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Untuk memudahkan, sebagai patokan biasa dilakukan sebagai berikut: Pertama kali terlihat tanda-tanda birahi Harus diinseminasi padaTerlambat Pagi Hari yang sama Hari berikutnya Sore Hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang hari) Sesudah jam 15:00 besoknya Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.
Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
  • ternak gelisah
  • sering berteriak
  • suka menaiki dan dinaiki sesamanya
  • vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
  • dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
  • nafsu makan berkurang

Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.

Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka.

Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
  • permulaan birahi : 44%
  • pertengahan birahi : 82%
  • akhir birahi : 75%
  • 6 jam sesudah birahi : 62,5%
  • 12 jam sesudah birahi : 32,5%
  • 18 jam sesudah birahi : 28%
  • 24 jam sesudah birahi : 12% 

Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan
Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah :
  • Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
  • Inseminator kurang / tidak terampil;
  • Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
  • Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
  • Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. 

Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:
  • Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
  • petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi.

Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.

Penanganan bidang reproduksi adalah suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga menengah seperti inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang birokrasi karena pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan birokrasi ini yang biasanya selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani. Keterbuakaan adalah kunci keberhasilan keseluruhan program ini. 

Sinkronisasi Birahi Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program dimana pada suatu saat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina birahi pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus dilaksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi birahi. Pada dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormon Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F.

Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untuk petugas lapang. 
Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
  • Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak urus (kaheksia);Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.
  • Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama;
  • Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua. 

Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
  • Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.
  • Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
  • Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih
  • Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
  • Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat
  • Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum
  • Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu
  • Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.
Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.

Minggu, 22 Januari 2017

Getah pepaya untuk mencegah dan mengobati cacingan pada kambing atau domba




Ternak ruminansia kecil (kambing dan domba) merupakan komoditi potensial untuk pengembangan usaha tani oleh petani kecil di pedesaan, karena bentuk tubuhnya kecil, kebutuhan makanan yang lebih sedikit dan kandang yang relatif sederhana dibandingkan dengan ternak besar. Ini berarti investasi modal dan tenaga kerja yang diperlukan relatif tidak besar. Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan pengembangan ternak kambing/domba di pedesaan adalah penyakit, ini akibat dari pola pemeliharaannya yang masih sederhana. Penyakit tidak hanya mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak bahkan kematian, namun dapat pula menimbulkan dampak negatif yang lain yaitu menurunnya minat petani peternak untuk mengembangkan usahanya. Diantara penyakit yang menyerang kambing/ domba bahkan dapat mengakibatkan kematian adalah penyakit parasit saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi cacing nematoda antara lain Haemonchus contortus, Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp dan Trichuris sp. 

Cacing nematoda yang paling banyak ditemukan terutama adalah Haemonchus contortus. Cacing Haemonchus ini paling banyak menimbulkan kerugian ekonomi karena infeksi Haemonchus contortus pada kambing atau domba dapat menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan, menghambat pertambahan berat badan serta menimbulkan gangguan reproduksi. Iklim tropis di Indonesia sangat menunjang kelangsungan hidup parasit ini serta membantu terjadinya infeksi pada ternak kambing/domba. Untuk menanggulangi, mencegah dan mengobati penyakit tersebut, selain harga obatnya mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli petani kecil dipedesaan maka perlu beberapa alternatif dengan pemberian obat-obatan tradisional antara lain getah pepaya atau perasan daun pepaya.

Haemonchus contortus merupakan cacing yang hidup didalam abomasum (perut kitab) domba, kambing dan sapi. Cacing tersebut menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan beberapa efek terhadap induk semangnya antara lain: anemia (kurang darah), kadang-kadang di jumpai kebengkakan pada rahang bawah, gangguan pencernaan, penurunan berat badan dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain.

Tanda tanda penyakit
  • Anemia (kurang darah).
  • Tubuh kurus, kulit kasar dan bulu kusam.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Diare (mencret).
  • Konstipasi (sulit buang air) bila infeksinya berat.
  • Di jumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Untuk pengendalian dan pencegahan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
  2. Menghindari kepadatan dalam kandang.
  3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
  4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
  5. Menghindari tempat - tempat yang becek.
  6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
  7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur.
PENYADAPAN GETAH PEPAYA DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI OBAT
Selain pencegahan dan pengendalian maka bagi ternak yang menderita cacingan dapat di obati dengan obat cacing. Pada kondisi krisis seperti sekarang ini, harga obat racing sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh petani peternak dipedesaan serta sangat terbatasnya ketersediaan dilapangan. Oleh karena itu untuk mensiasati keadaan tersebut perlu diberikan obat obatan tradisional antara lain getah / daun pepaya. Getah pepaya dapat diperoleh dari hampir seluruh bagian pohon pepaya. Getah dapat diperoleh paling banyak dan paling baik mutunya dari buah pepaya yang masih muda. Getah buah pepaya mengandung papain, Kimo papain A, Kimo papain B, papaya peptidase, pektin, D-galaktase dan L-arabinose.

1. Penyadapan getah pepaya.
  • Buah pepaya muda yang masih menggantung dipohon, ditoreh membujur dengan sedalam 1-5mm dengan jarak torehan 1 - 2 cm.
  • Waktu penyadapan pukul 06.00-08.00, diulang 4 hari sekali pada buah yang sama.
  • Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan gelas/slat dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip.
  • Setiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30 % untuk mencegah oksidasi.
  • Kemudian Dijemur dibawah sinar matahari atau dioven pada suhu 30-60 derajat Celcius sampai kering.
  • Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk.
2. Penggunaan sebagai obat cacing
  • Dosis (takaran) yang diberikan adalah 1,2 gram/ kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian.
  • Serbuk getah pepaya di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 ( 1 bagian serbuk dan 5 bagian air) diaduk hingga berbentuk suspensi.
  • Suspensi tersebut diminumkan atau diberikan lewat mulut dengan selang langsung kerumen.
Selain getah pepaya yang diambil dari buah pepaya muda, dapat juga perasan daun pepaya dipergunakan sebagai obat cacing tradisional dengan cara sebagai berikut:
  • Ambil 2 sampai 3 lembar daun pepaya (tidak terlalu muda/tua).
  • Haluskan daun pepaya tersebut, berikan sedikit air matang/bersih kemudian diperas dan diambil airnya.
  • Minumkan pada ternak kambing/domba sebanyak 2 sampai 3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu, 3 kali pemberian

Kamis, 19 Januari 2017

Gertak birahi pada kambing dengan metode Laserpunktur


Titik akupunktur pada kambing (Gambar dari google)


Ternak kambing memiliki prospek ekonomi cukup baik, mengingat peluang pasarnya yang besar, baik di dalam maupun di luar negeri. Agroekonomi daerah Bali masih memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan kambing. Kambing bisa diberdayakan terintegrasi dengan tanaman industri, bisa pula dikembangkan di daerah lahan marginal. Dari aspek reproduksi, usaha peternakan kambing di masyarakat masih perlu ditingkatkan, antara lain untuk memperpendek interval beranak, meningkatkan jumlah anak sekelahiran ("Calving interval'), serta bobot lahir. Aplikasi teknologi laserpunktur diharapkan akan dapat mendukung peningkatan daya reproduksi melalui gertak birahi dan superovulasi. Dengan gertak birahi, berarti waktu birahi kambing betina dapat ditingkatkan, sehingga pelaksanaan Kawin Suntik (IB) dapat dilaksanakan secara lebih efisien

Laserpunktur memiliki tujuan diantaranya:
  • Untuk menyerempakkan siklus birahi, sehingga perkawinan dan kebuntingan bisa serempak. Hal ini akan memudahkan manajemen (pemeliharaan, pemasaran).
  • Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan IB (Kawin Suntik).
  • Memperpendek selang beranak (Calving interval) sehingga frekuensi beranak lebih tinggi. 
  • Meningkatkan jumlah anak per kelahiran (litter size)
PERSYARATAN
  • Kambing betina yang telah berumur 10 - 12 bulan.
  • Induk kambing yang telah melahirkan sedikitnya 1,5 bulan.
  • Dalam keadaan sehat.
  • Tidak dalam keadaan bunting.
  • Tidak dalam keadaan birahi.
TITIK AKUPUNKTUR
Titik akupunktur untuk gertak birahi dan Superovulasi ada 22 buah.
  1. 5 buah titik pada antara Frocessus spinosus vertebrae Imbalis 1 - 6.
  2. 10 buah titik pada antara Processus Transversus vertebrae lumbalis 5 ke kiri 5 ke kanan.
  3. 4 buah titik di depan dan di belakang (2 di kiri - 2 di kanan) Os pubis.
  4. 1 buah titik di pangkal ekor (pembatas vertebrae coccygialis dan vertebrae Sacralys).
  5. 2 buah titik di kiri kanan pertengahan vulva.
CARA PELAKSANAAN AKUPUNKTUR
  1. Bawa kambing betina di tempat yang datar dan teduh (bila memungkinkan bisa dilakukan di dalam kandang.
  2. Salah seorang operator mengempit leher kambing dengan duo bush kaki dan kepala menghadap ke ekor (belakang). Bila kambing memberontak tarik kedua teIinganya.
  3. Seorang operator yang lain memberikan perlakuan laserpunktur, dengan menempelkan ujung tabung pada titik akupuntur.
  4. Setiap titik diberi perlakuan 5 detik, sehingga keseluruhan memerlukan waktu 22 x 5 detik = 110 detik (± 2 menit).
  5. Perlakuan serupa diulang pada hari ke - 2.
  6. Pada hari ke-3 biasanya kambing sudah birahi.
  7. Bila birahi mulai malam/sore hari, dikawinkan pagi atau siang hari. Bila mulai birahi pagi, dikawinkan siang atau sore hari.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
  1. Induk kambing harus dalam keadaan sehat, tidak bunting dan sudah cukup dewasa.
  2. Pakan harus memadai, hijauan diberikan minimal 10% dari beratbadan per ekor per hari, dan lebih baik bila diberi konsentrat (dedak atau ampas tahu) menjelang dan beberapa minggu setelah dikawinkan
  3. Operator harus benar-benar terampil menentukan titik akupunktur dan mempergunakan alat.
  4. Alat laser harus dalam keadaan siap pakai. Bila battery dalam keadaan lemah harus diisi dengan energi listrik.
  5. Setiap selesai digunakan, alat harus dalam keadaan diistirahatkan (pindahkan tombol dari posisi "On" ke posisi "Off").
  6. Tempat pelayanan laserpunktur hendaknya jangan terlalu jauh dari kandang agar kambing tidak terlalu jauh berjalan, untuk menghindari stress.
Sumber materi saya dapat dari: Suprio Guntoro, dkk. (2000). Laporan Akhir Penelitian Adaptif Superovulasi pada Kambing dengan Laser Punktur

Semoga bermanfaat buat kawan - kawan peternak.

Selasa, 17 Januari 2017

Ternak Kambing lengkap dari pemilihan bibit, perawatan sampai panen


Sumber gambar dari google

Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana. 

BIBIT 
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. 
Kambing Kacang (Sumber dari google)
Kambing Etawa (Sumber dari google)

Ciri untuk calon induk: 
  1. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk. 
  2. Jinak dan sorot matanya ramah. 
  3. Kaki lurus dan tumit tinggi. 
  4. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. 
  5. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda. 
  6. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. 
Ciri untuk calon pejantan : 
  1. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi. 
  2. Kaki lurus dan kuat. 
  3. Dari keturunan kembar. 
  4. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun. 
MAKANAN 
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). 

Cara pemberiannya : 
  • Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya. 
  • Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari. 
TATA LAKSANA 
Kandang Ternak Kambing (Sumber dari google) 
  • Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah : 
Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor 
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor 
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor 
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor 
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor 
  • Pengelolaan reproduksi 
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. 
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 
  1. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 - 60 kg. 
  2. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari. 
  3. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki. 
  4. Ratio jantan dan betina = 1 : 10 
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah : 
  1. Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan). 
  2. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. 
  • Pengendalian Penyakit 
  1. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. 
  2. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.

Rabu, 16 November 2016

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI/ KUMAN pada Ternak Ruminansia




ANTHRAX 

Nama lain dari penyakit Anthrax adalah : radang limpa. 


Anthrax merupakan penyakit menular yang akut/ perakut, dapat menyerang semua jenis ternak berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan angka kematian tinggi. 



1.Penyebab 
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, hewan yang mati karena menderita Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis. 

2.Penularan
Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah yang tercemar organisme/ kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantaraan luka, dapat pula melalui pernafasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Anthrax
yang dimasak tidak sempurna. 

3.Tanda tanda penyakit
Tanda tanda penderita Anthraxadalah sebagai berikut: 
a.Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori pori kulit). 

b.Hewan mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat. 

c.Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan. 

d.Pada manusia dapat terjadi tukak/ luka pada kulit dan kematian mendadak. 

4.Pencegahan
a.Vaksinasi yang teratur tiap tahun di daerah wabah. 
b.Pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas/ keluar masuknya ternak. 
c.Mengasingkan ternak yang sakit/ diduga sakit. 
d.Bangkai ternak yang sakit/ diduga sakit tidak boleh dibuka, tetapi harus dibakar atau dikubur dalam-dalam. 

5.Pengobatan
a.Pemberian antibiotika berspektrum luas. 
Procain penisilin G, dosis untuk ruminansia besar (sapi, kerbau): 6.000 – 20.000 IU/Kg berat badan , sedang untuk ruminansia kecil (kambing, domba) : 20.000 – 40.000 IU/Kg berat badan. 

Streptomycin, dosis untuk ruminansia besar: 5 – 10 mg/Kg BB, sedang untuk ruminansia kecil : 50 – 100 mg/Kg BB. 

Kombinasi antara Procain Penisilin G dengan Streptomycin

Oksitetrasiklin, untuk ruminansia besar: 50 mg/10 Kg BB, sedang untuk ruminansia kecil: 50 mg/5 Kg BB. 

b.Pemberian antiserum yang tinggi titernya ( 100 – 150 ml ) 

6. Hubungan Kesehatan Masyarakat 
Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu hewan yang menderita Anthrax dilarang keras untuk dipotong. 

BRUCELLOSIS 
Nama lain : Penyakit Keluron Menular, Penyakit Bang, Demam Malta. 

Brucellosis merupakan penyakit menular yang menyerang beberapa jenis hewan terutama sapi serta dapat juga menyerang manusia. Penyakit ini dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya keguguran (keluron). Pada sapi, keluron biasanya terjadi pada kebuntingan berumur 7 bulan. Anak yang dilahirkan lemah kemudian mati. Dapat terjadi gangguan alat alat reproduksi, sehingga hewan menjadi mandul (majir) temporer atau permanen. Pada sapi perah produksi air susunya menurun. 

1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah bakteri/ kuman Brucella. Beberapa spesies yang sering menimbulkan masalah bagi ternak ruminansia adalah Brucella melitensis yang menyerang kambing dan Brucella abortusyang menyerang sapi. 

2. Penularan
Infeksi terjadi melalui saluran makanan, saluran kelamin, selaput lendir atau kulit yang luka. Penularan juga dapat melalui inseminasi buatan (IB) akibat penggunaan semen yang tercemar oleh kuman Brucella. 

Brucella melitensis dapat menginfeksi sapi sewaktu digembalakan pada padang penggembalaan bersama sama dengan domba/ kambing yang terinfeksi. 

3. Tanda tanda penyakit
Tanda tanda yang ditemukan pada penderita adalah sebagai berikut: 
♦Terjadi keguguran/ keluron pada kebuntingan 5 – 8 bulan. 
♦Sapi mengalami keguguran/ keluron 1 sampai 3 kali, kemudian kelahiran normal dan kelihatan sehat. 
♦Kemajiran/ kemandulan temporer atau permanen. 
♦Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu. 
♦Cairan janin yang keluar kelihatan keruh. 
♦Pada hewan jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma. 
♦Kadang kadang ditemukan kebengkakan pada persendian lutut. 

4. Pencegahan
Usaha pencegahan terutama ditujukan pada tindakan sanitasi dan tata laksana. Tindakan sanitasi dilakukan sebagai berikut : 
a.Sisa abortus disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar, vagina bila mengeluarkan cairan harus diirigasi selama satu minggu. 

b.Hindari perkawinan antar pejantan dengan betina yang mengalami keguguran/ keluron. 

c.Anak anak hewan yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis sebaiknya diberi susu dari hewan yang bebas penyakit. 

d. Kandang kandang hewan penderita dan peralatan yang tercemar oleh penderita harus disucihamakan dengan desinfektansia. Desinfektansia yang dapat dipergunakan: Phenol, Kresol, Ammonium Kwartener, Biocid, Lysol dan lain lain. 

5. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif. 

6. Hubungan Kesehatan Masyarakat
Brucellosis termasuk penyakit zoonosis yang memiliki resiko tinggi. Oleh karena itu dianjurkan jangan meminum susu atau produk yang tidak dimasak atau diproses. Sapi yang menderita Brucellosis dapat dipotong untuk dikonsumsi di bawah pengawasan Dokter Hewan/ Petugas Kesehatan Hewan. Daging sebelum dikonsumsi dilayukan terlebih dahulu, sedangkan sisa pemotongan dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Jangan membantu atau menangani proses kelahiran dari hewan betina yang terinfeksi tanpa melindungi tangan dan lengan dengan sarung tangan karet/ plastik. 

SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA ( SE ) 
Nama lain : Penyakit Ngorok, Septicemia Hemorrhagica, Hemorrhagic Septicemia, Barbone. 

Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.

1. Penyebab
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida. 

2. Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman pada ternak merupakan pr
edisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau kerbau yang terlalu bayak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi. 

3. Tanda tanda penyakit
Penderita penyakit SE ditandai antara lain : 
♦Kondisi tubuh lesu dan lemah. 
♦Suhu tubuh meningkat dengan cepat diatas 41 ยบ C. 
♦Tubuh gemetar, mata sayu dan berair. 
♦Selaput lendir mata hiperemik. 
♦Nafsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun sampai hilang disertai konstipasi. 
♦Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir dan kadang kadang pada kaki muka. Derajad kematian bentuk ini dapat mencapai 90 % dan berlangsung cepat (3 hari – 1 minggu). Sebelum mati, hewan terlihat mengalami gangguan pernapasan, sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak. 
♦Pada bentuk pektoral, tanda tanda brhoncopnemoni lebih menonjol. Mula mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama (1 – 3 minggu). 
♦Penyakit yang berjalan kronis, hewan menjadi kurus dan sering batuk, nafsu makan terganggu dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu badan normal tetapi terjadi mencret bercampur darah. 

4. Pencegahan
♦Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan ternak kedaerah tersebut. 
♦Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit. 

5. Pengobatan
Pengobatan penyakit SE dapat diberikan antibiotika sebagai berikut : 
♦Oxytetracycline dengan dosis 50 mg/10 Kg BB (sapi, kerbau), 50 mg/5 Kg BB (kambing, domba). 
♦Streptomycin dengan dosis 5 –10 mg/Kg BB (sapi, kerbau), 50 – 100 mg/Kg BB (kambing, domba}. 
♦Sulphadimidine (Sulphamezathine):2 gram/30 Kg BB. 

6. Hubungan Kesehatan Masyarakat
Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi dibawah pengawasan Dokter Hewan/ petugas kesehatan hewan. Jaringan yang terserang terutama paru paru dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan wadahnya disucihamakan.